Rabu, 19 Oktober 2011

Kamera Nikon atau Canon

Pertama, Ketika memilih kamera carilah budget yang pas dengan kantong anda, tapi saran saya pilih kamera dengan body yang BUKAN plastik, keuntungannya adalah nyaman digenggam. Plus body itu lebih rigid (tahan) karena biasanya bahan dari magnesium. Untuk canon bisa dicoba ke Canon 7D atau kalo ada budget lebih bisa coba ambil canon 5D mark II dengan pertimbangan itu kamera full frame, cuma ingat canon 5D Mark II tidak ada flash internal.
Saya tidak punya cukup uang, tapi pengen kamera yg bisa buat belajar advance. Ambil kamera prosumer... biasa kamera ini sudah terpasang lensa yang bagus dan berkualitas baik (contoh, dulu ada Sony R1), karena kamera prosumer itu memiliki settingan yg lebih advance dari kamera pocket, walaupun betul ada orang yang mampu membuat hasil foto sangat bagus dengan kamera pocket, tapi disini kita bicara kamera yg advance bukan yg otomatis
Kamera pocket saya resolusi 15mpx dengan harga cuma 4jt masak suruh beli kamera DSLR yg tanpa lensa plus resolusi cuma 10mpx, lebih mahal pula... Ada harga ada barang, dari mulai kerapatan pixel, ketajaman lensa, hasil waktu diperbesar di cetakan, autofocus, burst shot... semua memiliki perbedaan... kamera mahal itu investasi ketika anda mampu menjual hasil foto anda tersebut.... waktu anda nawarin jasa sama orang juga pasti orang tersebut liat kamera anda apa, jamin kalo anda nawarin pake pocket si customer langsung tutup pintu....
Kedua, dalam pemilihan lensa lebih baik menggunakan kamera yang murah tapi lensa bagus ketimbang kebalikannya.... karena lensa adalah mata dari kamera, dan kamera itu otaknya... perlu diingat, lensa itu bulat, sedang hasil gambar itu persegi panjang, maka pasti ada 4 bagian sudut gambar (frame) yang berada pada sisi pinggir bagian lensa, dan hasilnya pasti lebih jelek dari bagian tengah, karena bentuk lensa itu tidak rata, tapi cembung / cekung untuk medapatkan focal length tertentu.
Lalu saya harus beli lensa wide atau tele dulu?? Biasanya kamera entry level dijual secara kit (termasuk lensa wide) dulu (seperti 18-55mm f3,5-5,6 atau 17-85mm atau 24-105mm f4 L USM pada 5D mark II), bertujuan karena penggunaan keseharian seseorang itu lebih sering untuk memotret pemandangan, keluarga, motret anak, barang2 kecil dll. Jadi saya sangat menyarankan, beli lensa wide dulu. Lalu muncul pertanyaan lagi: “saya sudah beli kit, jadi saya beli lensa tele yg mahal”, betul, lensa tele zoom yang mahal biasanya membuat penampilan si fotografer lebih mentereng (keren) karena seperti fotografer pro, tapi seberapa sering anda motret pake tele? Saran saya adalah: ganti lensa standar wide anda (lensa kit) dengan lensa yang lebi baik, kalo pada canon ada tipe lensa L (17-40mm f4 L, 16-35mm f2.8 L atau jika pake full frame bisa pilih 24-70mm f2.8 L). Ketimbang anda beli lensa tele zoom duluan, karena saya yakin, jika anda entry level user, anda akan lebih sering menggunakan kamera anda untuk memotret keseharian anda, lagipula lensa wide juga bisa kok dipake motret model J
Tapi saya gak ada budget beli yang mahal, boleh beli 3rd pty, seperti merk tamron, sigma atau tokina, pilih bukaan yang paling lebar yang anda sanggup beli untuk mendapatkan shutter speed yang lebih cepat ditempat yang kurang cahaya, karena pada kasus tertentu lebih baik menggunakan bukaan terlebar daripada menggunakan ISO yang tinggi. Tambahan: Jangan lupa sediakan budget lebih untuk membeli filter yang baik, karena filter berguna sekali untuk mengurangi lensa bagian depan kontak langsung dengan debu, atau benda lain yang bisa menimbulkan goresan J, plus filter yang baik merupakan investasi juga, karena harga filter / lensa tidak semudah kamera yang turun harga-nya gila2an.
Plus lihat baik2 spesifikasi lensa dan kamera anda, jangan sampe anda beli lensa yang gak bisa dipake di kamera anda (EFS tidak bisa dipasang di full frame), dan jangan sampe beli lensa dobel2, udah beli kok beli lagi
Beli range yang anda sukai dengan bukaan lensa selebar mungkin. Jangan
Ketiga, jangan lupa asesoris kamera / lensa anda!!!.. Ini hal yang kadang kita gak pikir tapi bisa maha banget jadinya. Jangan lupa buat tambahan beli flash disk, tripod, dry box, batere cadangan, lens cleaner, tas kamera, strap yang bagus, lens case, camera case, filter efek (wah banyak juga ya???)
Perlu flash??? Kenapa tidak??? Siang hari kita juga bisa pake flash kok, karena bagi para strobist flash bisa dibuat sebagai pengganti lampu studio.
Saya gak punya budget banyak tapi pengen dapet yg bagus, solusinya: Beli bekas!!!, tapi ingat, bekas punya kekurangan yang sebaiknya anda perhatikan baik2,karena kita gak tau bagaimana si user sebelumnya menggunakan alat tersebut, pernah service atau belum, ada lecet atau nggak dll.
Jadi saya pilih canon atau Nikon?? Masing2 punya kelebihan dan jika anda bertanya pada user masing2 merk tersebut pasti dia bilang merk tersebut lebih baik. Cara yang baik adalah coba cari info sebanyak2-nya untuk masing2 merk lalu bandingkan… Ingat pelajari betul2 kamera yang anda beli, sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Senin, 17 Oktober 2011

Kamus Fotografi

AF :Auto Fokus
AF Range :
Tingkat terang cahaya dimana sistem autofocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV.
Aperture:
Diafragma
Aperture Priority :
Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis.
SLR :
Single Lens Reflex, Kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
TLR :
Twin Lens Reflex, kamera yang menggunakan dua lensa satu untuk melihat, lainnya untuk meneruskan cahaya ke film.
Lens Mount :
Dudukan lensa
MF :
Manual Fokus.
EV :
Exposure Value ; kekuatan cahaya. Sample, EV= 0 kekuatan cahaya pada diafragma f/1,0 kecepatan 1 detik.
Exposure Mode :
Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 Tipe : Manual, Aperture Priority, Shutter Priority dan Programed (Auto).
Shutter :
Rana
Shutter Priority :
Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma automatis.
Exposure Compensation :
Konpensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau berkurang.
Built in Dioptri :
Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa + atau – bagi mereka yang berkacamata).
Eye Piece Blind :
Tirai penutup jendela bidik.
Interchangeable Focusing Screen :
Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen.
Focusing screen :
Layar focus
Bracketing :
Pengambilan gambar yang sama menggunakan beberapa pengukuran pencahayaan yang berbeda.
Flash Sync :
Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis.
Flash Exposure Compensation :
Konpensasi pencahayaan blitzt.
Metering :
Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot.
Centerweigthed :
Pengukuran pencahayaan pada 60 % daerah tengah gambar.
Evaluative/Matrix :
Pengukuran pencahayaan berdasarkan segment-segment dan presentase tertentu.
Spot :
Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu.
View finder :
Jendela bidik
DOF :
Dept of Field ; Ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung kepada : diafragma, panjang lensa dan jarak objek.
Popup Flash :
Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
GN :
Guide Number ; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma.
Stop :
Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
Red eye reduction :
Fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari.
PC Terminal :
Terminal untuk blitz di luar hot shoe.
Hot Shoe :
Kaki blitz
fps :
Frame per second, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
Mirror Lock up :
Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak.
Shiftable program :
Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara automatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 detik f/8 menjadi 1/250 detik f/5,6 detik f/11.
Second Curtain Sync :
Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup.
Vertical Grip :
Alat pelepas rana untuk pengambilan secara vertical tanpa harus memutar tangan.
Data Imprint :
Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
Reloadable to last frame :
Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung ditengah ke posisi terakhir yang terpakai
Fill in flash :
Blizt pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan.
AFS :
Auto Focus Silent Wave Motor
AFD :
Auto Focus Distance Information
Intervalometer :
Fasilitas pemotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
LED :
Light Emitting Diode, Lampu
Multi Spot :
Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
Back :
Sisi belakang kamera, berfungsi pula sebagai penutup film
SPD :
Silicon Photo Diode
LCD :
Liquid Crystal Display
Bayonet :
Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
Bulk film :
Film kapasitas 250 Exposure
NiMH :
Nikel Metal Hydride
NiCd :
Nikel Cadmium
DRAM :
Data Random Acces Memory
RISC :
Reduce Intruction Set Computer
CCD :
Charge Couple Device (pada kamera digital)
ISO/ASA :
Derajat sensifitas film
Main Light :
Cahaya pengisi / tambahan
Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
Reverse Ring : Digunakan untuk memasang lensa yang dibalik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor.
LS:
Singkatan dari longshot. Dengan lebih mendekatkan objeknya, shot ini tetap masih memberikan sudut pandang lebar tetapi sudah mulai mengarahkan perhatian pada
objeknya dengan memisahkannya dari latar belakang yang mungkin mengganggu.
MACRO:
Makro. Pengertiannya dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan dari jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman (pada film) yang sama besar
dengan benda aslinya (1:1), atau paling kurang separuh dari benda aslinya (1:2), namun demikian pada lensa-lensa jenis zoom yang mempunyai fasilitas untuk
menghasilkan rekaman seperempat dari benda aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.
MACRO LENS:
Lensa makro. Lensa yang digunakan untuk pemotretan dengan objek yang berukuran atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek), umumnya
dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga, serangga, dll.
MACRO PHOTO:
Dibuat dari jarak dekat, bisanya tentang benda atau binatang kecil. Perlngkapan kerjanya biasanya menggunakan lensa makro untuk mendekatkan pemotret ke objek
fotonya.
MAGNETIK:
Berdaya magnet.
MAGNIFICATION:
Pembesaran. Dikukur dari gambar film dibandingkan dengan ukuran aslinya.
MANIPULASI FOTOGRAFI:
Teknik mengubah hasil cetak yang ditangkap oleh kamera untuk menciptakan suasana tertentu. Foto-foto realitas dikembangkan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambar yang tidak biasa lagi.
MANUAL:
Dikerjakan dengan menggunakan tangan dengan mengesampingkan tenaga otomatik.
MEDIUM FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200). Kelompok film yang paling popular dan banyak diminati pemotret. Ideal untuk pemotretan dalam cuaca yang
terang/cerah.
MEDIUM FORMAT CAMERA:
Kamera format medium. Adalah jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai keunggulan
dalam hal pembesaran cetakannya yang optimal sehingga umumnya dipergunakan untuk memotret objek orang (potret) yang berkarakter, yang menampakkan detail kuat
seperti misalnya kulit keriput orang tua.
MEGALIGHT:
Adalah sebutan untuk sebuah lampu flood yang mempunyai kapasitas atau kemampuan cahaya yang amat besar hingga 7 meteran.
MESNICUS LENS:
Adalah lensa tipis yang berbentuk bulan sabit.
METERING:
Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori. Centerweight, evaluative/matrix dan spot.
METERING CENTER WEIGHT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan 60 persen daerah tengah gambar.
METERING MATRIX:
Pola pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan prosentase tertentu.
METERING SPOT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.
MF:
Manual Focus, adalah cara kerja menemukan fokus atau penajaman gambar yang dilakukan dengan menggunakan tangan.
MICRO DIAPRISM:
Kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar melalui pengamat.
MCROPRISM:
Prisma mikro. Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus atau kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar
melalui pengamat.
MICROPHOTOGRAPHY:
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil dengan menggunakan bantuan mikroskop.
MULTICOATEDla FILTER:
Filter anti-flare untuk mencegah refleksi intern dalam lensa oleh pantulan cahaya. Diciptakan untuk lensa yang belum multicoated.
MULTI EXPOSURE:
Sering disebut dengan singkatan ME. Memberikan pencahayaan lebih dari satu kali pada satu bingkai film.
MULTIPOINT READING:
Suatu pembacaan atau pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan terhadap berbagai titik objek foto.
MULTIVISION FILTER:
Filter yang digunakan untuk membuat gambar ganda dalam sekali jepretan. Filter ini dibuat dengan menggunakan kaca yang sengaja diasah menurut tujuannya -
berkeping prisma 3,5, disusun melingkar, berjajar atau paralel berulang-ulang.
MULTILAYER COATING:
Penyelaputan berlapis-lapis pada lensa.
MULTIPLE EXPOSURE:
Fasilitas pemotretan berulang pada satu bingkai (frame) yang sama.
MULTIPLE EXPOSURE LEVEL:
Tuas bidikan ganda. Adalah tombol untuk menyiapkan kamera pada posisi siap bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Digunakan untuk melakukan lebih
dari satu kali pencahayaan (exposure) pada bingkai yang sama dalam pemotretan. Alat ini dipakainya bersamaan dengan pengokangan film.
NANOMETER:
Satuan pengukur panjang gelombang. 1 Nanometer = 1nm adalah sepermiliarmeter.
NATURAL AND ENVIRONMENT (NE/NES):
Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto atau sekumpulan foto bercerita dari subjek berupa lingkungan dan alam:flora, fauna,
lanskap, ekologi, dsb.
NATURE PHOTOGRAPHY:
Fotografi alam yang berkaitan dengan alam semesta, misalnya darat, laut, sungai, dll.
ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak mengubah warna
gambar.
NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.
NEGATIF:
Kebalikan dari aslinya. Yang menghasilkan gambar negatif.
NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap
pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area
gelap.
NEUTRAL DENSITY:
Kepadatan netral yang tidak mengandung warna. Sebutan ini biasanya dipakai untuk lensa penyaring yang berfungsi untuk mengurangi kecerahan sinar.
NEWS FEATURE:
Sering disebut dengan cerita di balik berita, yaitu suatu foto yang menyajikan sisi lain dari suatu situasi atau aneka peristiwa yang hangat.
NIKON:
Salah satu merek peralatan kamera buatan Jepang.
NIRMANA:
Adalah susunan gambar dalam bingkai, jalannya garis-garis yang dominan membentuk bidang-bidang utama yang dibatasi oleh suatu format.
NONREFLEX CAMERA:
Kamera nonrefleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya seperti kamera kompak atau kamera langsung jadi Polaroid.
NORMAL CONTRAS:
Kontras yang wajar. Tidak berlebihan dan tidak kurang sebagai hasil pengembangan film atau hasil sebuah cetakan.
NORMAL LENS:
Lensa normal, berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia.
OBSCURA:
Cikal bakal kamera yang digunakan saat ini. Prinsipnya adalah sebuah kamar gelap yang tertutup dengan lubang kecil di depannya. Jika kamera obscura
ditempatkan menghadap benda yang diterangi cahaya maka akan terlihat sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut pada dinding yang berhadapan dengan
lubang.
CAMERA OBSCURA:
Kamera pertama dalam dunia fotografi, di mana bentuknya merupakan sebuah kamar gelap yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole).
OBSERVASI:
Dalam bidang potret memotret adalah pengamatan yang dilakukan untuk mencari tahu tentang subjek foto terutama mengenai gerak-gerik, suasana hati maupun
ekspresi.
OPAQUE:
Opak, ialah sifat padat atau kedap sinar. Baik pandangan maupun sinar tak dapat menembusnya. Misalnya lempengan besi, kayu, karton, dll.
OPTIK:
Berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb).
ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.
OVER EXPOSURE:
Pencahayaan lebih. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat paa film maupun foto, di mana gambar yang ada tampak terang atau gelap pada film negatif karena
pencahayaan yang berlebihan.
OVERHEAD LIGHTING:
Sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari atas.
OVERRIDE:
Penyimpangan dari pengatur otomatis supaya dapat diatur dengan menggunakan tangan atau secara manual.
P HI:
Adalah fasilitas pencahayaan terprogram bagi pemotretan dengan sasaran yang bergerak cepat, balapan motor, mobil, dll.
PANCHROMATIC:
Film hitam-putih, artinya emulsi film tersebut sensitif terhadap macam-macam warna.
PARALLAX:
Paralaks, yaitu suatu kesalahan atau perbedaan pandangan yang terjadi karena yang dilihat dan yang terekam dalam film tidak sama. Umum terjadi saat
menggunakan kamera refleks lensa kembar atau kamera kompak.
PASSED:
Berarti telah diteliti oleh pabrik pembuat. Tanda ini biasanya melekat pada lensa atau kamera yang baru.
PENTAX:
Salah satu merek kamera (Asahi Pentax) dan peralatannya buatan Jepang.
PEOPLE ON THE NEWS:
Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto atau sekumpulan foto bercerita/portfolio dari orang atau sekelompok orang yang ikut
terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian.
PERMAFILM:
Adalah bahan pengawet dan anti static. Bila permafilm digunakan pada emulsi film, maka akan terjadi ikatan fisik dengan gelatin dan emulsi film.
PHOTOGRAPH:
Foto yang dibuat dengan menggunakan kamera dan film.
PHOTOKINA:
Nama pameran atau suatu wadah informasi terbesar dan terlengkap serta yang paling kompleks dalam bidang fotografi.
PINCHUSION EFFECT:
Penyimpangan bentuk kotak menjadi bentuk seperti bantalan penyimpan jarum.
PINHOLE:
Lubang kecil pada alat kedap cahaya yang dipasang bersama lensa, menyambung lubang lensa tempat gambar objek direkam dalam lembaran yang peka cahaya.
PIN-UP PHOTO:
Foto yang bersifat hiburan/menghibur. Disebut gambar pin-up karena sering ditempelkan di dinding dengan pins atau paku kecil.
PISTOL GRIP:
Gagang pegangan kamera yang bentuknya mirip gagang pistol.
PERMAFILM:
Adalah bahan pengawet dan anti static. Bila permafilm digunakan pada emulsi film, maka akan terjadi ikatan fisik dengan gelatin dan emulsi film.
PERSPECTIVE:
Perspektif, pandangan ruang, suatu pandangan gambar yang tampil dalam bentuk dimensi atau ruang tertentu. Dimensi dan perspektif merupakan kesatuan.
PERSPECTIVE CORRECTION:
Gunanya untuk memperbaiki penyimpangan bentuk.
PHOTO JOURNALISM:
Foto jurnalistik, fotografi dengan spesialisasi khusus untuk menampilkan foto-foto yang mempunyai nilai berita, baik benda, bahan, situasi kehidupan manusia
yang menarik perhatian umum karena aktualitasnya (news) sebagai berita yang mampu mengungkap kejadian, menjelaskan dan menimbulkan rasa ingin tahu.
PHOTOGRAPHY:
Fotografi, teknik dan pengetahuan tentang foto. Atau, proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar/cahaya) pada film atau permukaan yang dipekakan.
Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil.

PHOTOGRAPHIC SPECTRUM:
Bagian kecil dari energi dalam elektromagnetik spektrum yang dapat mencahayai film.
PHOTOGRAM:
Fotogram. Foto yang dibuat tanpa menggunakan kamera dan film, dengan meletakkan benda-benda di atas kertas (cetak) foto kemudian disinari.

Tips memotret Tokoh dan Model

Kategori: Teori Dasar Fotografi

Salah satu obyek yang paling sering dipotret adalah manusia. Ketika berwisata
bersama keluarga, sekedar kumpul bareng teman, atau ketika lulus kuliah, kamera
menjadi alat utama untuk mengabadikan saat-saat kenangan. Di dinding rumah pun
bisa jadi foto manusia yang banyak dipajang, dalam bentuk foto keluarga di studio
atau reuni teman-teman sekampus, sebagai misal.

Dalam data pribadi kerap kali dijumpai hobi difoto, untuk menyebut hobi-hobi
lain seperti membaca, jalan-jalan, dan nonton film. Bisa jadi yang sebenarnya
menjadi hobi adalah hobi melihat foto diri sendiri ketimbang difoto. Karena untuk
difoto sebenarnya tidak selalu semenyenangkan duduk sambil ngemil di depan TV
atau membaca di kursi malas. Difoto, dalam arti serius, berarti wanita harus menyiapkan
rias wajah dan rambut, sementara pria harus tampil rapi dengan pakaian necis.

Semakin serius sebuah pemotretan, berarti semakin serius pula persiapannya. Sebuah
pemotretan model gaya ABG di studio-studio foto tentu tak seberat sesi pemotretan
model untuk iklan produk. Lebih serius lagi jikalau model yang di-casting adalah
model terkenal yang dibayar mahal. Bisa jadi sangat serius jika model foto adalah
pejabat tinggi negara atau pengusaha kaya yang hendak ditampilkan anggun, gagah,
berwibawa, chic dan mewah. Di luar itu semua, unsur fun tetap lebih banyak dan
lebih dinikmati ketimbang peluh yang bercucuran untuk menyiapkan kostum dan setting
tempat. Terlebih lagi jika seluruh kru pemotretan dan model bisa berkomunikasi
dengan akrab.

Segi Teknis Penting
Tentu saja, unsur-unsur teknis tetap tak bisa disepelekan. Karena sedap tidaknya
sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi. Tak
perlu rumit-rumit, cukup dengan bermain-main dengan komposisi dan pencahayaan
maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana
cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model. Misalnya saja pada foto
close up Rahma Azhari. Dalam foto tersebut bisa dilihat penempatan titik Point of Interest (POI) sesuai
dengan komposisi sepertiga (Rule of Third). Pencahayaan dibuat frontal menggunakan
reflektor, karena kondisi pemotretan aslinya adalah outdoor pada saat cahaya matahari
pada posisi top lighting. Sementara pada foto ?Rahma in Blue? komposisi masih
dibuat sesuai komposisi sepertiga tapi dalam format horisontal.

Masih dalam kaitan unsur teknis dasar fotografi, komposisi sepertiga juga diterapkan
pada foto ?Main Air?. POI diletakkan pada sepertiga bagian sebelah kanan dengan pose menghadap ke
kiri untuk ?mengisi? bagian kiri foto. Di sini ada unsur teknis lain yang terlibat,
yakni pemilihan ruang tajam (depth of field) yang sempit sehingga mem-blur-kan
latar depan dan latar belakang. Ruang tajam yang sempit (shallow depth of field)
membantu fotografer mengarahkan perhatian pemirsa foto hanya pada model yang menjadi
POI, tanpa harus teralihkan perhatiannya dengan bebatuan di sekitar model. Teknik
dasar lain yang digunakan adalah freezing (membekukan gerak), dengan cara memakai
kecepatan rana tinggi, untuk merekam butir-butir air secara tajam. Elemen-elemen
yang ada di lokasi pemotretan, terutama pemotretan di luar ruangan, akan sangat
berguna jika dimanfaatkan secara cerdik.

Pose dan Ekspresi
Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak terpisahkan
dari keberhasilan sebuah foto model. Mengarahkan model yang bukan profesional
lebih menantang daripada model profesional. Tapi, bisa jadi lebih menarik dan
menantang jika memotret tokoh dalam pose-pose yang lain dari biasanya. Istilah
gampangnya, tampil unik tapi menarik, nyeleneh tapi jenaka, pose tak biasa tapi
tetap sedap dipandang. Pose-pose tersebut membutuhkan kemampuan non-fotografis
yang kental, seperti pendalaman pribadi, kedekatan emosional dan kemampuan berkomunikasi.
Resep utamanya adalah menggali hal unik yang menjadi pencerminan khas tokoh dan
model yang hendak difoto.

Ketika memotret Sheila on 7 (SO7), yang notabene kerap bertemu muka di sebuah
radio di Yogyakarta, tetap menjadi tantangan tersendiri. Komunikasi yang dibangun
kerap kali menjadi bercanda yang kebablasan bercanda terus, atau malah sebaliknya
serius yang bablas menjadi kaku. Ketika itu sekitar tahun 1998, SO7 baru menyelesaikan
album pertama dan dipotret untuk kepentingan materi iklan sebuah perusahaan t-shirt.
Hari berikutnya, mereka ingin difoto untuk kepentingan manajemen mereka dan koleksi
pribadi. Jadilah, pose-pose yang nyeleneh, jenaka, dan unik yang tak terencanakan
sebelumnya. Foto ?Sheila on 7?s Free Style? akhirnya dihasilkan bermodal komunikasi
akrab. Ketika itu, kamera medium format fokus manual memaksa tangan terus menerus
melekat di gelang fokus lensa dan tombol pelepas rana agar momen ekspresi yang
muncul hanya untuk beberapa detik tak luput dari rekaman.

Lain halnya dengan pose-pose yang tidak terlalu dinamis bergerak atau berekspresi.
Fotografer bisa dengan perlahan mengeset kamera dan pencahayaan serta berhati-hati
memilih angle. Misalnya saja pada foto ?Terkulai? yang dibuat pada set indoor
dengan pencahayaan artifisial dan sentuhan akhir di komputer untuk memberi pewarnaan
berkesankesan lembut dan hangat.
Perlu Pendekatan Personal
Keberhasilan merekam pose-pose menarik memang tak berhubungan langsung dengan
segi teknis fotografi. Tapi, keberhasilan secara teknis fotografi tak ada artinya
dalam kancah memotret model dan tokoh tanpa pose yang sedap dipandang mata. Terlebih
lagi jika ingin mengekplorasi seorang tokoh dalam pose-pose yang unik dan ekspresif.
Bisa jadi pose-pose tersebut adalah pose-pose ?apa adanya? meski sebenarnya diarahkan
oleh fotografer.

Ketika memotret seorang aktor teater dan seniman serba bisa Butet Kertarejasa,
misalnya. Tak ada pembicaraan khusus sebelumnya, selain berbincang ringan di ruang
tunggu bandara pada suatu pagi. Lantas, niat untuk membuat suatu sesi foto kemudian
muncul yang dilanjutkan dengan beberapa perencanaan sederhana, seperti soal lokasi
dan kostum. Memang, adalah penting untuk membuat tokoh sebagai model tetap nyaman
berpose di depan kamera dan berbagai perlengkapan pencahayaan. Dan memutuskan
kediaman pribadi tokoh itu sendiri sebagai lokasi pemotretan tentu bukanlah suatu
syarat yang sulit.

Perencanaan yang cerdik dibutuhkan untuk berhasil membuat foto-foto bagus. Mengenali
diri seorang tokoh, berikut keseharian dan karir tokoh tersebut sama pentingnya
dengan merencanakan kostum yang hendak dikenakan. Pemanfaatan properti pun jangan
disepelekan demi menciptakan suasana yang mencerminkan pribadi sang tokoh. Seperti
dalam foto ?Oom Pasikom Style?, sudah diketahui terlebih dahulu bahwa Butet melakoni
tokoh bernama sama dengan judul foto dalam sebuah sinetron di stasiun TV swasta.
Maka, kostumnya pun menjadi saling dukung-mendukung dengan pose, plus imbuhan
properti mobil kuno koleksi pribadi Butet.

Lokasi dan Properti
Masih dalam mobil kunonya, Butet terlihat merasa sangat bebas dan nyaman, didukung
suasana penuh canda dan komunikasi yang berlangsung akrab. Jadilah pose jenaka
pada foto ?Butet in Expression? tercipta. Ini adalah pose yang tak muncul dalam benak saya sebagai fotografer
ketika merencanakan pemotretan Butet. Bisa dibilang, pose ini adalah improvisasi
yang berhasil.

Kebutuhan akan properti tak perlu berlebihan, dengan cara memanfaatkan properti
yang sudah ada di lokasi. Kebetulan Butet pernah menulis di Kompas perihal koleksi
kotak rokoknya. Maka, adalah pose yang wajar jika Butet kemudian difoto sambil
merokok di depan koleksi kotak-kotak rokoknya, seperti pada foto ?Butet dan Koleksi
Kotak Rokoknya?. Lantas, ada pula faktor keberuntungan dan kebetulan yang bisa
menghasilkan foto candid. Ketika dalam pose merokok di depan lemari koleksi kotak
rokoknya, kebetulan ponsel Butet berdering dan saya persilakan untuk menjawabnya.
Tentu bukan tanpa alasan dan sama sekali tidak mengganggu sesi pemotretan, karena
pada saat itulah salah satu kesempatan emas muncul untuk merekam ekspresi Butet
yang paling tak dibuat-buat. Maka, terciptalah foto ?Halo, Butet di Sini...?.

Mengukur Keberhasilan
Membuat foto model dan foto tokoh bisa disebut berhasil jika fotografer berhasil
mengkomunikasikan ide di benaknya kepada para pemirsa foto. Jika pemirsa foto
mengernyitkan dahi pertanda bingung atau memicingkan mata pertanda tak nyaman
memandang, maka bisa dibilang pemotretan belum berhasil sepenuhnya. Lain halnya
jika pemirsa foto mengangguk-angguk pertanda paham atau diam untuk merenung lantaran
berhasil meresapi makna dan rasa dari foto yang dilihatnya. Keberhasilan itu menjadi
lebih berguna lagi tatkala muncul inspirasi-inspirasi baru di benak pemirsa foto
setelah melihat karya-karya seorang fotografer.***


Versi asli (unedited) dari tulisan untuk rubrik Pixel di harian Kompas

Selasa, 04 Oktober 2011

Teori Pencahayaan

Teori Dasar Fotografi
Orang suka membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light (Sumber cahaya pengisi).

Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.

Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.

Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.

Senin, 03 Oktober 2011

Komposisi dalam Fotografi

Sekilas Tentang Komposisi dalam Fotografi
Oleh: Jessica Helena Wuysang, Maya fotografer pilihan editor(28820)     Bagian ke-1 dari 1


Kategori: Teori Dasar Fotografi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.

Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.

* Garis
Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.
* Shape
Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.
* Form
Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.
* Tekstur
Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.
* Patterns
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.

Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

* Rule of thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.
* Format : Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.
* Keep it simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin ?ramai? sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.
* Picture scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.
* Horizons
Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.
* Leading lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
* Be different
Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.
* Colour
Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.
* Framing
Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.
* Shooting position
Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.
* Number of subject
Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang ?berbeda? diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.