1. Kamera
Kamera adalah sebuah alat yang mengarahkan bayangan yang difokuskan oleh lensa/sistem optik lain keatas permukaan foto sensitif yang berada dalam tempat tetutup/film. Dilihat dari jenisnya, kamera ada 2 macam yaitu:
a. Compact Camera,yaitu kamera yang pemakaiannya langsung melihat obyek yang difoto tanpa melalui lensa pengatur.
b. Single Lens Reflex(SLR),yaitu kamera yang cara kerjanya dengan bayangan benda yang dilihat lalu di pantulkan oleh cermin yang terdapat didalam kamera, sehingga dengan jenis ini obyek tidak dapat dilihat jika lensa dalam keadaan tetutup.
Kelebihan Dan Kelemahan Kamera “Compact Camera”
Kelebihan:
1.Gambar yang dihasilkan cukup terang meskipun cahayanya minim.
2.Bentuk kecil, ringan dan kompatibel
3.Otomatis penuh sehingga sesuai untuk pengambilan dimana saja.
4.Kamera tidak memakai cermin didalam dan suaranya tidak berisik.
5.Bisa dioperasikan dengan menggunakan flash (blith).
Kelemahan:
1.Flash yang built in pada body kamera bisa menyebabkan foto yang dihasilkan menjadi red eyes reduction.
2.Karena obyek yang difoto di lihat melalui view vinder yang terpisah dari lensa sehingga ada kemungkinan pengambilan gambar pada saat lensa tertutup.
3.Pengaruh pemakaian filter tidak tampak jika di lihat dari view vinder.
4.Karena lensa menjadi satu dengan body kamera maka lensa tidak dapat di ganti dengan jenis yang lain.
5.Paralax Error, yaitu ketidaksesuaian gambar yang dihasilkan dengan yang dilihat melalui view vinder.
6.Tidak bisa untuk pengambilan gambar Close up.
Kelebihan Dan Kelemahan Kamera SLR
Kelebihan Kamera SLR
1.Komposisi dapat lebih tepat.
2.Pengaturan fokus dan jarak dapat lebih teliti karena cahaya diukur melalui lensa.
3.Karena banyaknya kepingan lensa yang dipakai, maka lebih mudah pengaturan fokus dengan menggerkkan “focussing ring” kedepan dan kebelakang.
4.Lensa dapat dengan mudah di lepas dan di ganti dengan lensa yang lain sesuai dengan kebutuhan.
Kelemahan Kamera SLR
1.Suara yang dikeluarkan pada saat di operasikan lebih berisik.
2.Karena komponennya kompleks maka sering mengakibatkan kegagalan dalam pengambilan gambar.
3.Harga jauh lebih mahal.
4.Sinkronisasi flash di batasi hanya pada skala shutter speed.
Bagian Body Kamera dan Fungsinya
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa bagian kamera yang penting adalah body kamera dan lensa. Pada body kamera jenis SLR dan TLR tedapat beberapa komponen dan fungsinya sebagai berikut:
1.View Vinder (jendela pengintai) fungsinya untuk melihat obyek yang akan difoto.
2.Shutter speed (skala kecepatan), untuk mengatur kecepatan membuka dan menutupnya rana.
3.Rana fungsinya membuka dan menutup untuk mengambil cahaya yang dibutuhkan dai kamera ke obyek pada saat shutter release ditekan.
4.Diafragma fungsinya untuk mengontrol atau mengatur ruang tajam pencahayaan.
5.Skala penunjuk ASA film, fungsinya untuk menunjukkan ASA film yang dipakai.
6.Shutter Release (tombol penembak), fungsinya untuk menembak secara manual.
7.Self Timer (penunda waktu), fungsinya untuk menangguhkan waktu pengambilan obyek yang akan difoto.
8.Pengokang (tuas untuk memajukan film), fungsinya untuk menggeser film yang telah dicahayai.
9.Tuas untuk menggulung film.
10.Lubang untuk memasukkan kabel sinkronisasi, untuk menggabungkan kamera dengan flash.
11.Tombol pelepas rana.
12.Hot Shoes (sepatu panas), fungsinya untuk menempatkan flash.
13.Film Counter (penunjuk film yang telah dipakai).
14.Tempat baterai untuk kamera.
15.Tombol atau pengait penggulung film, fungsinya untuk menggulung film.
16.Tombol pelepas film.
17.Cermin, fungsinya untuk membuka dan menutup pada saat shutter release ditekan.
18.Pengait film.
Pada jenis kamera kompak bagian-bagiannya tidak selengkap dan sekomplek komponen-komponen pada kamera SLR dan RLT.
2. Lensa Kamera
Kamera yang dipakai untuk keperluan lebih serius akan lebih baik menggunakan jenis kamera SLR. Dengan sistem ini akan lebih mudah untuk dapat mengganti lensa sesuai dengan yang diinginkan. dan muncullah berbagai jenis lensa yang dikelompokkan menurut luas sudut pengambilan gambar.
1. Lensa Sudut Lebar (Wide)
a. Ultra Wide (15,18,20mm)
Daya jangkau cukup dan ruang tajamnya cukup besar. Banyak digunakan untuk foto pemandangan, jurnalistik, arsitektur. Kekurangannya bila belum menguasai prospektif dan komposisi obyek akan tampak kecil sekali dalam gambar.
b. Medium Wide (24,28,35mm)
Dipakai untuk interior juga arsitektur.
2. Lensa Datar
Lensa (50mm) kekuatan lensanya cukup tingi. Rancangan lensanya normal memang dibuat seperti layaknya pandangan mata kita, maka banyak digunakan untuk foto dokumentasi.
3. Lensa Tele
lensa dengan jangkauan jauh, agar benda di kejauhan tampak dekat.
-Medium Tele : 85,105,135,200mm
-Super Tele : 300,400,600,800,900,2000mm.
4. Lensa Vario (zoom)
Lensa yang mempunyai variasi panjang yang dapat diatur sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.
-Wide-Wide : 17-18,20-35mm.
-Wide-Normal : 35-70,28-70,24-70mm.
-Wide-Medium tele : 28-85,28-200mm.
-Medium-Super tele : 80-200,600-1200mm.
-Wide-Super tele : 35-350mm.
5. Lensa Konventer
Sebuah lensa yang dapat meningkatkan kekuatan dan panjang lensa menurut angka pelipatnya. Sebagai contoh, lensa konventer 2x 200mm dapat menambah kekuatan lensa 200mm menjadi 400mm.
3. Flash (Lampu Kilat)
Yang dimaksud dengan lampu kilat adalah cahaya buatan yang dihasilkan oleh suatu alat yang bertujuan untuk memberikan penyinaran saat cahaya alami tidak mampu melakukannya atau sebagai pelengkap/pendukung cahaya alami.
a. Flash bulb
Flash bulb terdiri dari lim kawat magnesium kawat besi dalam ruangan berisi oksigen pekat. Lampu kilat jenis ini dinyalakan oleh suatu aliran atau getaran singkat pada waktu bersamaan atau sesaat atau pengatur cahaya dibuka. Pada sebuah flash bulb terdapat 4 bola lampu hanya dapat digunakan dalam satu kali pemakaian.
b. Elektronik Flash
Yaitu lampu kilat dimana terdapat baterai sebagai kapasitor/kondensator yang menyimpan tenaga listrik, kemudian mengeluarkannya untuk memicu cahaya kilat. Dan pada lampu kilat elektronik terdapat sebuah sensor yang mengukur cahaya dari lampu kilat sesuai dengan kadar pencahayaan yang di butuhkan. Lampu jenis ini lebih efisien, karena dapat dipakai berulang-ulang.
c. Multiple Flash
Yaitu suatu lampu kilat yang dapat menyala ratusan kali pada tiap detiknya. Lampu kilat ini dapat digunakan untuk merekam pergerakan yang terjaddi pada obyek bergerak dan menganalisa fenomena dengan kecepatan tinggi.
d. Stroboscope
Adalah sebuah alat yang menghasilkan atau menggunakan pulsa-pulsa cahaya yang cemerlang untuk obyek yang bergetar, berputar dan untuk membuat obyek tersebut seperti tidak bergarak/bergerak sangat lambat.
4. Accessories
Pada pemotretan yang baik ada kalanya di butuhkan beberapa perangkat tambahan untuk lebih menyempurnakan hasil gambar yang diperoleh.
A.Filter
Filter merupakan lensa tambahan yang berfungsi sesuai dengan jenisnya masing-masing diantaranya :
a. Filter Monocrome, berfungsi untuk menguatkan suatu nada warna pada obyek yang sesuai dengan filternya. Contoh, filter Monocrome warna merah.
b. Filter Ultraviolet, berfungsi untuk menghilangkan efek dari sinar ultra violet.
c. Filter Skylight, yaitu berfungsi merubah warna ultra violet menjadi warna magenta.
d. Filter Konversi, berfungsi untuk menghilangkan warna dari obyek atau efek suatu pencahayaan menjadi warna asaknya.
e. Filter Polarizing, berfungsi untuk menjernihkan pandangan (menghilangkan pantulan cahaya, membirukan warna langit dan menjernihkan air).
f. Filter Gradual, berfungsi untuk membuat efek gradasi warna pada obyek.
g. Filter Diffuser, berfungsi untuk melembutkan pandangan.
h. Filter Close Up, berfungsi untuk memotret obyek yang kecil.
B.Penyangga
a. Tripod, penyangga kamera yang memiliki tiga kaki.
b. Monopot, penyangga kamera yang memiliki satu kaki.
c. Ligt Stand, penyangga lampu-lampu yang umumnya dipakai di studio.
d. Handkett, penyangga tubuh yang menempel pada kamera.
C.Kabel Release
Kabel bertombol yang berfungsi sebagai perpanjangan dari tombol shutter.
D.Back Ground
Latar belakang yang digunakan dalam pengambilan gambar/obyek.
1. Slave Unit
Sensor pemicu lampu-lampu kilat yang pulsa-pulsanya bekerja atas rangsangan cahaya lampu kilat lain.
5. Light Meter
Alat pengukur kekuatan cahaya didalam kamera secara elektronik
6. Reflektor
Alat yang befungsi sebagai pemantul cahaya.
7.Flash meter
Fungsinya alat ini untuk mengukur kekuatan cahaya flash secara eklektronik.
8. Soft box
Fungsinya untuk melembutkan cahaya.
9. Slide Proyektor
Fungsinya untuk menampilkan film positif pada layar.
10. Hand cad
Fungsinya sebagai pemegang kamera dan menempatkan flash.
11.Film
Adalah suatu plastik yang dilapisi emulsi, emulksi tersebut tersusun atas pelatin dan partikel garam yang peka cahaya
a. Menurut ukurannya
· Film Mikro :28x24 mm, 26x24 mm
· Film Standart :35x24 mm
· Film Format Sedang :4,5x6,7, 6x9 mm
· Film Format Besar :24x18, 12x9 mm
b. menurut kepekaan (ISO) mempunyai satuan ASA (America Standart Association) dan DIN (Deutsch Industrie Norm)
· ISO Rendah :3-5(ASA)-15-18(DIN)
· ISO Sedang :64-200(ASA)-21-24(DIN)
· ISO Tinggi :400-800(ASA)-27-30(DIN) dst
c. menurut warna dasarnya
tiap jenis dan kategori film mengacu pada warna dasar yang menyusun setiap warna pada film itu sendiri
· Film hitam putih (B/W), memiliki warna dasar hitam
· Film warna (colour, memiliki tiga warna dasar yaitu film negatif warna kuning, magenta, cyan
· Film slide (film positif), warna dasarnya biru, merah, hijau
d. film khusus
· Film instan, yang bisa disebut polaroid
· Film infra merah, dipakai untuk pemotretan dalam ruang gelap
· Film X-Ray, dipakai untuk keperluan kedokteran ex. Rongen atau pemeriksaan logam
Kamis, 29 September 2011
Rabu, 28 September 2011
Tips memotret kembang api
Tips Memotret Fireworks
Memotrer fireworks atau kembang api, sama saja dengan memotret cahaya dari kejauhan. Jika anda ingin membuat hasil yang baik untuk pemotretan cahaya seperti itu, terlebih dahulu harus ditentukan lokasi pemotretan yang bagus dan bisa menangkap semua pecikan cahaya yang ada. Pastikan anda memotret dengan kondisi pandangan yang luas. Artinya jangan sampai pandangan anda terhalang oleh objek apapun. Ini untuk menghasilkan tangkapan cahaya yang sempurna.
Gunakan tripod untuk menghindari hasil gambar yang shake (getar). Jangan lupa untuk menyeting ISO di posisi 400. Sedangkan Time Priority usahakan disetting tidak lebih dari 5 detik.
Jika situasi cukup memungkinkan untuk mengambil gambar, anda tinggal mengklik tombol shutter, dan nikmati hasilnya.
Usahakan memotret di malam hari agar hasilnya lebih maksimal.
Memotrer fireworks atau kembang api, sama saja dengan memotret cahaya dari kejauhan. Jika anda ingin membuat hasil yang baik untuk pemotretan cahaya seperti itu, terlebih dahulu harus ditentukan lokasi pemotretan yang bagus dan bisa menangkap semua pecikan cahaya yang ada. Pastikan anda memotret dengan kondisi pandangan yang luas. Artinya jangan sampai pandangan anda terhalang oleh objek apapun. Ini untuk menghasilkan tangkapan cahaya yang sempurna.
Gunakan tripod untuk menghindari hasil gambar yang shake (getar). Jangan lupa untuk menyeting ISO di posisi 400. Sedangkan Time Priority usahakan disetting tidak lebih dari 5 detik.
Jika situasi cukup memungkinkan untuk mengambil gambar, anda tinggal mengklik tombol shutter, dan nikmati hasilnya.
Usahakan memotret di malam hari agar hasilnya lebih maksimal.
Selasa, 27 September 2011
Lensa berbukaan besar
BEGITU populernya lensa vario (zoom lens) di kalangan pemotret, sehingga rasanya tak ada yang tak memilikinya. Selain karena sering digunakan, lensa vario terasa praktis dibawa, fisiknya cukup ringkas, dan mutu gambar yang dihasilkannya pun baik. Bahkan kini banyak kamera digital yang sudah dilengkapi lensa vario bawaan (tidak bisa dilepas-tukar). Padahal, dulu, hasil pemotretan dengan lensa vario sempat diragukan kualitasnya.
Saat ini mutu lensa vario bisa dikatakan tidak kalah dengan kualitas lensa tetap (fixed lens). Namun, secara teknis, ada kekurangan yang dimiliki lensa vario yaitu, kuat (bukaan) lensanya masih kecil. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit? umumnya f/3,5 sampai f/5,6. Kendati kini pada kamera digital ada juga yang memiliki bukaan lensa varionya dari f/2,0 ?seperti pada Canon Powershot G5 dengan lensa vario 7,2?28,8mm (f/2,0?3,0) atau yang terbaru dari Leica, Digilux 2 dengan? f/2,0?f/2,4? (7?22,5 mm).
Bandingkan dengan kuat sebuah lensa tetap. Lensa 50mm misalnya, rata-rata mempunyai bukaan terbesar f/1,4. Bahkan dulu Canon sempat membuat lensa 50mm f/0,95 untuk kamera Canon 7S. Belakangnan Carl Zeiss, produsen lensa terkenal di Jerman, membuat lensa Planar 50mm berkekuatan f/0,7 untuk kamera Contax/Yashica (Fotomedia No 5/I, 1990). Ini merupakan lensa terkuat dalam bidang fotografi (film), sampai saat ini.
Bagi yang belum tahu, kuat lensa (lens speed) jelas tertulis pada setiap lensa dengan kode 1:xx. Contoh, jika pada lensa 50mm tertulis 1:1.4, artinya panjang fokal lensa (F=) 50mm dan kuat lensa sekaligus juga bukaan terbesarnya f/1,4. Lensa vario 70-210mm 1:4-5,6 berarti kuat lensa pada F=70mm adalah f/4, sedangkan di posisi 210mm kuat lensa ?bergeser? menjadi f/5,6.
Manfaat
Lensa berkekuatan besar biasanya sering digunakan para profesional dan foto jurnalis. Terutama bagi fotografer olahraga dan satwa, lensa tele dengan bukaan besar merupakan suatu keharusan. Bayangkan bila dikombinasikan dengan kamera SLR digital yang memiliki kemampuan menambah panjang fokal lensa sekitar 50 persen, terasa benar manfaatnya.
Manfaat lain yang bisa diperoleh misalnya, ketika kita memotret suatu objek/subjek tampil dengan pencahayaan alami (natural) dalam kondisi cahaya lemah. Selain menghindarkan hasil pemotretan yang tidak diinginkan (tidak jelas, kabur, goyang), gerak pemotret menjadi lebih bebas karena tidak menggunakan penyangga kamera dan lampu kilat. Apalagi kalau dipadukan dengan film ber-ISO tinggi (yang mudah dilakukan pada kamera digital).
Ada manfaat signifikan yang mungkin tidak dirasakan ketika menggunakan lensa berbukaan besar yaitu, saat memfokus sasaran pemotretan menjadi lebih mudah dan cepat (dengan fokus manual). Ini sangat terasa saat menggunakannya dalam suasana minim cahaya. Cobalah sekali waktu Anda memfokus suatu objek dengan panjang fokal lensa yang sama, tetapi berbeda kuatnya, misalnya dengan lensa 35mm f/1,4 lalu diganti 35mm f/2,8.
Memang, umumnya, hasil pemotretan dengan lensa berkekuatan besar lebih baik dari lensa berkekuatan kecil, misalnya beberapa lensa dengan daya rentang 80-200mm dan bukaan f/2,8 dibandingkan dengan yang kekuatannya f/4 atau lebih kecil. Tapi ini tidak selalu. Ambil contoh, lensa Nikkor AF 50mm f/1,8 ternyata ?menurut beberapa majalah foto mancanegara dan situs fotografi?? hasilnya lebih baik dibandingkan lensa setipe tapi dengan kekuatan f/1,4. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah, jangan berharap banyak bila foto yang dibuat secara teknis sangat baik tetapi tidak istimewa ide dan presentasinya.
Harus diingat pula, harga lensa-lensa berkekuatan besar relatif mahal dan semakin terus meningkat. Dan ini biasanya menjadi pertimbangan (sangat) besar bagi yang ingin memilikinya. Namun kalau kocek Anda memungkinkan, kenapa tidak mendapatkannya, bukan??
Apapun tipe lensa yang digunakan bisa menghasilkan foto yang baik, sepanjang penggunaannya tepat guna dan yang lebih menentukan adalah pemotret itu sendiri. Ingat ungkapan populer the man behind the camera? Mengenal dan mengoptimalkan kemampuan peralatan fotografi yang kita miliki jauh lebih penting ketimbang selalu memburu peralatan yang lebih canggih dan relatif mahal.
Meski mutu lensa mempengaruhi kualitas foto yang dihasilkan, namun harus diingat, untuk lensa yang diproduksi dekade ini, perbedaan hasil pemotretan antara lensa yang ?canggih? dan tidak hanya terlihat secara signifikan jika diuji dengan teliti di laboratorium. Secara kasat mata jelas sukar membedakannya, selama kondisi lensa terlihat jernih (tidak berjamur, tergores, dan sejenisnya). Malah pada kamera digital, keefektifan sensor berupa CCD atau CMOS yang menangkap elemen-elemen gambar (pixel) yang lebih berperan. Semakin tinggi resolusinya, biasanya semakin baik citra foto yang dibentuk.
Hal lain yang sering terjadi dan cukup mengherankan ialah, ada kebiasaan di antara kita untuk tidak atau hampir tidak pernah menggunakan bukaan diafragma penuh (fully open) sewaktu memotret, kendati dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan. Seolah-olah timbul kekhawatiran ada kesan ?takut gagal? ketika memotret dengan bukaan terbesar lensa yang digunakan.
Jadi, bila Anda mempunyai lensa berkekuatan besar, jangan ragu menggunakan bukaan terbesarnya pada saat memotret kalau kondisi memang menghendaki demikian. Terutama jika Anda menggunakan lensa tele atau tele zoom, seringkali untuk mengkompensasi berat lensa harus diimbangi dengan kecepatan (cukup) tinggi, yang biasanya diperoleh dengan menempatkan diafragma pada angka terkecil (bukaan terbesarnya). Sebagai contoh, kalau Anda menggunakan lensa vario 80-200m f/2,8 maka atur diafragma pada f/2,8.
Harus disadari, untuk apa Anda membeli lensa Canon 24mm f/1,4 atau Nikon 300mm f/2,8 misalnya, kalau Anda tidak pernah menggunakan bukaan terbesarnya? Kenapa tidak membeli lensa 24mm f/2,8 atau 300m f/4 yang harganya mungkin tidak sampai sepertiganya? Padahal salah satu faktor yang menentukan tinggi-rendahnya harga sebuah lensa adalah dari bukaan terbesarnya atau kekuatan lensa itu.***
Saat ini mutu lensa vario bisa dikatakan tidak kalah dengan kualitas lensa tetap (fixed lens). Namun, secara teknis, ada kekurangan yang dimiliki lensa vario yaitu, kuat (bukaan) lensanya masih kecil. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit? umumnya f/3,5 sampai f/5,6. Kendati kini pada kamera digital ada juga yang memiliki bukaan lensa varionya dari f/2,0 ?seperti pada Canon Powershot G5 dengan lensa vario 7,2?28,8mm (f/2,0?3,0) atau yang terbaru dari Leica, Digilux 2 dengan? f/2,0?f/2,4? (7?22,5 mm).
Bandingkan dengan kuat sebuah lensa tetap. Lensa 50mm misalnya, rata-rata mempunyai bukaan terbesar f/1,4. Bahkan dulu Canon sempat membuat lensa 50mm f/0,95 untuk kamera Canon 7S. Belakangnan Carl Zeiss, produsen lensa terkenal di Jerman, membuat lensa Planar 50mm berkekuatan f/0,7 untuk kamera Contax/Yashica (Fotomedia No 5/I, 1990). Ini merupakan lensa terkuat dalam bidang fotografi (film), sampai saat ini.
Bagi yang belum tahu, kuat lensa (lens speed) jelas tertulis pada setiap lensa dengan kode 1:xx. Contoh, jika pada lensa 50mm tertulis 1:1.4, artinya panjang fokal lensa (F=) 50mm dan kuat lensa sekaligus juga bukaan terbesarnya f/1,4. Lensa vario 70-210mm 1:4-5,6 berarti kuat lensa pada F=70mm adalah f/4, sedangkan di posisi 210mm kuat lensa ?bergeser? menjadi f/5,6.
Manfaat
Lensa berkekuatan besar biasanya sering digunakan para profesional dan foto jurnalis. Terutama bagi fotografer olahraga dan satwa, lensa tele dengan bukaan besar merupakan suatu keharusan. Bayangkan bila dikombinasikan dengan kamera SLR digital yang memiliki kemampuan menambah panjang fokal lensa sekitar 50 persen, terasa benar manfaatnya.
Manfaat lain yang bisa diperoleh misalnya, ketika kita memotret suatu objek/subjek tampil dengan pencahayaan alami (natural) dalam kondisi cahaya lemah. Selain menghindarkan hasil pemotretan yang tidak diinginkan (tidak jelas, kabur, goyang), gerak pemotret menjadi lebih bebas karena tidak menggunakan penyangga kamera dan lampu kilat. Apalagi kalau dipadukan dengan film ber-ISO tinggi (yang mudah dilakukan pada kamera digital).
Ada manfaat signifikan yang mungkin tidak dirasakan ketika menggunakan lensa berbukaan besar yaitu, saat memfokus sasaran pemotretan menjadi lebih mudah dan cepat (dengan fokus manual). Ini sangat terasa saat menggunakannya dalam suasana minim cahaya. Cobalah sekali waktu Anda memfokus suatu objek dengan panjang fokal lensa yang sama, tetapi berbeda kuatnya, misalnya dengan lensa 35mm f/1,4 lalu diganti 35mm f/2,8.
Memang, umumnya, hasil pemotretan dengan lensa berkekuatan besar lebih baik dari lensa berkekuatan kecil, misalnya beberapa lensa dengan daya rentang 80-200mm dan bukaan f/2,8 dibandingkan dengan yang kekuatannya f/4 atau lebih kecil. Tapi ini tidak selalu. Ambil contoh, lensa Nikkor AF 50mm f/1,8 ternyata ?menurut beberapa majalah foto mancanegara dan situs fotografi?? hasilnya lebih baik dibandingkan lensa setipe tapi dengan kekuatan f/1,4. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah, jangan berharap banyak bila foto yang dibuat secara teknis sangat baik tetapi tidak istimewa ide dan presentasinya.
Harus diingat pula, harga lensa-lensa berkekuatan besar relatif mahal dan semakin terus meningkat. Dan ini biasanya menjadi pertimbangan (sangat) besar bagi yang ingin memilikinya. Namun kalau kocek Anda memungkinkan, kenapa tidak mendapatkannya, bukan??
Apapun tipe lensa yang digunakan bisa menghasilkan foto yang baik, sepanjang penggunaannya tepat guna dan yang lebih menentukan adalah pemotret itu sendiri. Ingat ungkapan populer the man behind the camera? Mengenal dan mengoptimalkan kemampuan peralatan fotografi yang kita miliki jauh lebih penting ketimbang selalu memburu peralatan yang lebih canggih dan relatif mahal.
Meski mutu lensa mempengaruhi kualitas foto yang dihasilkan, namun harus diingat, untuk lensa yang diproduksi dekade ini, perbedaan hasil pemotretan antara lensa yang ?canggih? dan tidak hanya terlihat secara signifikan jika diuji dengan teliti di laboratorium. Secara kasat mata jelas sukar membedakannya, selama kondisi lensa terlihat jernih (tidak berjamur, tergores, dan sejenisnya). Malah pada kamera digital, keefektifan sensor berupa CCD atau CMOS yang menangkap elemen-elemen gambar (pixel) yang lebih berperan. Semakin tinggi resolusinya, biasanya semakin baik citra foto yang dibentuk.
Hal lain yang sering terjadi dan cukup mengherankan ialah, ada kebiasaan di antara kita untuk tidak atau hampir tidak pernah menggunakan bukaan diafragma penuh (fully open) sewaktu memotret, kendati dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan. Seolah-olah timbul kekhawatiran ada kesan ?takut gagal? ketika memotret dengan bukaan terbesar lensa yang digunakan.
Jadi, bila Anda mempunyai lensa berkekuatan besar, jangan ragu menggunakan bukaan terbesarnya pada saat memotret kalau kondisi memang menghendaki demikian. Terutama jika Anda menggunakan lensa tele atau tele zoom, seringkali untuk mengkompensasi berat lensa harus diimbangi dengan kecepatan (cukup) tinggi, yang biasanya diperoleh dengan menempatkan diafragma pada angka terkecil (bukaan terbesarnya). Sebagai contoh, kalau Anda menggunakan lensa vario 80-200m f/2,8 maka atur diafragma pada f/2,8.
Harus disadari, untuk apa Anda membeli lensa Canon 24mm f/1,4 atau Nikon 300mm f/2,8 misalnya, kalau Anda tidak pernah menggunakan bukaan terbesarnya? Kenapa tidak membeli lensa 24mm f/2,8 atau 300m f/4 yang harganya mungkin tidak sampai sepertiganya? Padahal salah satu faktor yang menentukan tinggi-rendahnya harga sebuah lensa adalah dari bukaan terbesarnya atau kekuatan lensa itu.***
Senin, 26 September 2011
Tips membeli kamera bekas
1. Shutter Counting dibagi bermacam cara , namun yg paling akurat adalah yg tersimpan didalam memory body camera , walaupun hal tersebut tidak bisa 100% menjamin, ketidak akuratan bisa disebabkan banyak macam penyebab. Utk hal itu saya tidak bisa ungkapkan nantinya bisa disalah gunakan.
2. Apakah suatu software bisa digunakan sebagai bahan acuan shutter counting. jawaban sangat relatif sebab tidak semua camera menpunyai address sama. (header dan footnote)
3.Jika shutter counting menjadi bahan pertimbangan dalam jual beli maka service center adalah tempat paling tepat utk check.
4. Shutter tidak ada umurnya juga salah , omongan promosi yg berlebihan , lebih tepatnya umur shutter tidak 100% dilihat dari counting . shutter lifetime lebih tepatnya ditentukan oleh cara pemakai
Pabrik melakukan predeksi lifetime menggunakan suatu intervalometer artinya saat dirancang shutter tersebut di click dalam interval sampai shutter tersebut rusak .
Namun saat terpasang kedalam camera maka sdh berbeda lagi , maka ada percepatan mekanik dan perlambatan mekanik.
Saat ditangan user maka akan berbeda lagi , ada user yg tidak menggunakan semestinya misal user yg selalu pamer burst FPS padahal tidak dibutuhkan. Umumnya yg seperti ini akan cenderung cepat rusak.
Ada juga user menggunakannya dalam click perday yg sangat tinggi , juga akan cepat rusak.
5. Kerusakan suatu shutter tidak selalu diartikan shutter tersebut yg rusak bisa saja bagian penunjangnya pergerakan shutter tersebut yg rusak.
Misal selenoid , board control , motor mirror (pergerakan shutter juga ada ditunjang tenaga dari motor mirror) , Microswitch
6. Cara yg paling lazim saya gunakan utk melihat kondisi shutter saat beli barang 2nd .
- rasa tekanan ditombol harus ada 2 step
- tekanan tombol shutter utk semipro umumnya lebih keras dan pro lebih lembut pada step ke 2 .
- Lepaskan lensa lihat fisik shutter umumnya yg dilihat adalah goresan di blade
- Melakukan check fisik terhadap hot mirror , bebas jamur dan goresan
- Check alignment image sensor apakah unit ini pernah diutak atik (ex oprekan lalu dipasang kembali , atau pernah service dibengkel tidak resmi ) , andaipun kalau pernah disentuh oleh service center mereka pasti melakukan kalibrasi hal tersebut , jika tidak lakukan sama saja mereka dgn tukang abal-abalan hee hee
Dalam hal ini justru shutter bagian termurah dibanding part lain , utk level sebuah body pro 1dsmk2 pun shutter hanya sekitar 1 jtan , namun sensor adalah bagian paling mahal
2. Apakah suatu software bisa digunakan sebagai bahan acuan shutter counting. jawaban sangat relatif sebab tidak semua camera menpunyai address sama. (header dan footnote)
3.Jika shutter counting menjadi bahan pertimbangan dalam jual beli maka service center adalah tempat paling tepat utk check.
4. Shutter tidak ada umurnya juga salah , omongan promosi yg berlebihan , lebih tepatnya umur shutter tidak 100% dilihat dari counting . shutter lifetime lebih tepatnya ditentukan oleh cara pemakai
Pabrik melakukan predeksi lifetime menggunakan suatu intervalometer artinya saat dirancang shutter tersebut di click dalam interval sampai shutter tersebut rusak .
Namun saat terpasang kedalam camera maka sdh berbeda lagi , maka ada percepatan mekanik dan perlambatan mekanik.
Saat ditangan user maka akan berbeda lagi , ada user yg tidak menggunakan semestinya misal user yg selalu pamer burst FPS padahal tidak dibutuhkan. Umumnya yg seperti ini akan cenderung cepat rusak.
Ada juga user menggunakannya dalam click perday yg sangat tinggi , juga akan cepat rusak.
5. Kerusakan suatu shutter tidak selalu diartikan shutter tersebut yg rusak bisa saja bagian penunjangnya pergerakan shutter tersebut yg rusak.
Misal selenoid , board control , motor mirror (pergerakan shutter juga ada ditunjang tenaga dari motor mirror) , Microswitch
6. Cara yg paling lazim saya gunakan utk melihat kondisi shutter saat beli barang 2nd .
- rasa tekanan ditombol harus ada 2 step
- tekanan tombol shutter utk semipro umumnya lebih keras dan pro lebih lembut pada step ke 2 .
- Lepaskan lensa lihat fisik shutter umumnya yg dilihat adalah goresan di blade
- Melakukan check fisik terhadap hot mirror , bebas jamur dan goresan
- Check alignment image sensor apakah unit ini pernah diutak atik (ex oprekan lalu dipasang kembali , atau pernah service dibengkel tidak resmi ) , andaipun kalau pernah disentuh oleh service center mereka pasti melakukan kalibrasi hal tersebut , jika tidak lakukan sama saja mereka dgn tukang abal-abalan hee hee
Dalam hal ini justru shutter bagian termurah dibanding part lain , utk level sebuah body pro 1dsmk2 pun shutter hanya sekitar 1 jtan , namun sensor adalah bagian paling mahal
Kamis, 15 September 2011
Tips memotret dgn Ponsel
Tips untuk memotret dengan ponsel
ber-kamera bagi yang masih amatir:
1. Lebih dekat ke obyek
Ponsel kamera yang beredar kebanyakan tidak dibekali dengan lensa zoom
yang maksimal, jadi pastikan Anda mendekati obyek yang akan dibidik.
Format pengambilan foto close up membuat hasil foto terlihat jauh lebih
detail. Tapi hati-hati. Jaga jarak Anda dengan obyek. Mode pengambilan
gambar makro tidak selalu bisa dijumpai di ponsel. Pengambilan gambar
yang terlalu dekat bisa membuat gambar blur.
2. Hati-hati dengan cahaya
Ingat baik-baik premis ini, low light = gambar buruk. Cobalah untuk
mengambil gambar dalam kondisi penerangan yang cukup, kecuali ponsel
kamera Anda memiliki flash yang terintegrasi. Saat memotret di bawah
terpaan sinar matahari, obyek jangan membelakangi datangnya cahaya. Hal
ini bisa dilanggar ketika Anda ingin bereksperimen membuat foto siluet.
3. Perhatikan latar belakang
Tempatkan obyek dengan latar
belakang yang tidak terlalu sibuk. Perhatikan juga apakah latar
belakang tidak mengganggu obyek. Jangan sampai pohon yang ada di
belakang obyek misalnya seolah-olah tumbuh dari kepala si obyek.
4. Coba angle yang berbeda
Jangan takut untuk bereksperimen. Jika ponsel Anda dibekali dengan
kartu memori yang cukup, cobalah mengambil foto dengan angle yang
berbeda- beda. Foto Anda akan terlihat tidak monoton dan lebih kreatif.
5. Pilih resolusi yang tinggi
Makin tinggi resolusi yang Anda
pakai, makin baik gambar yang dihasilkan. Perbedaan kualitas foto
antara resolusi tinggi dan rendah tidak akan terlihat di layar ponsel.
Perbedaan ini baru akan terlihat saat Anda memindahkan foto dan
melihatnya dari layar komputer.
6. Bersihkan lensa
Ponsel kamera umumnya tidak dibekali dengan penutup lensa. Ini membuat
lensa mudah kotor karena terkena debu atau cap jari Anda yang
tertinggal. Pastikan untuk membersihkan lensa Anda sebelum mengambil
foto.
7. Bijaksanalah menggunakan memori
Biasakan untuk memindahkan foto Anda ke PC. Jadi selalu ada kapasitas memori yang cukup untuk mengambil foto.
8. Steady
Jaga keseimbangan. Usahakan tangan Anda jangan sampai bergoyang saat
tombol shutter ditekan. Ini untuk menjaga agar foto Anda tidak blur.
9. Eksplorasi fitur yang tersedia
Ponsel kamera untuk tipe-tipe ponsel mid-end dan high-end umumnya
dibekali dengan fitur yang cukup lengkap. Di sana bisa Anda temukan
pengaturan brightness, exposure, white balance, dan fitur-fitur lain.
Sesekali sempatkanlah untuk mengeksplorasi fitur apa saja yang ada di
ponsel. Dengan mengenal perangkat yang Anda gunakan, Anda bisa
menggunakannya dengan optimal
10. Eksperimen dengan White Balance
Ponsel Anda memiliki fitur white balance? Cobalah mengutak-atik fitur
ini. Anda bisa memodifikasi warna dan menghasilkan foto yang berbeda.
11. Hindari penggunaan digital zoom
Dekatkan diri ke obyek dengan cara menggeser posisi Anda, bukan dengan
digital zoom. Penggunaan digital zoom bisa membuat kualitas gambar
berkurang
12. Perhatikan ukuran cetakan
Foto yang dibidik dari ponsel bisa dicetak dengan kualitas maksimal jika Anda
menyesuaikan ukuran cetakan dengan resolusi gambar.
ber-kamera bagi yang masih amatir:
1. Lebih dekat ke obyek
Ponsel kamera yang beredar kebanyakan tidak dibekali dengan lensa zoom
yang maksimal, jadi pastikan Anda mendekati obyek yang akan dibidik.
Format pengambilan foto close up membuat hasil foto terlihat jauh lebih
detail. Tapi hati-hati. Jaga jarak Anda dengan obyek. Mode pengambilan
gambar makro tidak selalu bisa dijumpai di ponsel. Pengambilan gambar
yang terlalu dekat bisa membuat gambar blur.
2. Hati-hati dengan cahaya
Ingat baik-baik premis ini, low light = gambar buruk. Cobalah untuk
mengambil gambar dalam kondisi penerangan yang cukup, kecuali ponsel
kamera Anda memiliki flash yang terintegrasi. Saat memotret di bawah
terpaan sinar matahari, obyek jangan membelakangi datangnya cahaya. Hal
ini bisa dilanggar ketika Anda ingin bereksperimen membuat foto siluet.
3. Perhatikan latar belakang
Tempatkan obyek dengan latar
belakang yang tidak terlalu sibuk. Perhatikan juga apakah latar
belakang tidak mengganggu obyek. Jangan sampai pohon yang ada di
belakang obyek misalnya seolah-olah tumbuh dari kepala si obyek.
4. Coba angle yang berbeda
Jangan takut untuk bereksperimen. Jika ponsel Anda dibekali dengan
kartu memori yang cukup, cobalah mengambil foto dengan angle yang
berbeda- beda. Foto Anda akan terlihat tidak monoton dan lebih kreatif.
5. Pilih resolusi yang tinggi
Makin tinggi resolusi yang Anda
pakai, makin baik gambar yang dihasilkan. Perbedaan kualitas foto
antara resolusi tinggi dan rendah tidak akan terlihat di layar ponsel.
Perbedaan ini baru akan terlihat saat Anda memindahkan foto dan
melihatnya dari layar komputer.
6. Bersihkan lensa
Ponsel kamera umumnya tidak dibekali dengan penutup lensa. Ini membuat
lensa mudah kotor karena terkena debu atau cap jari Anda yang
tertinggal. Pastikan untuk membersihkan lensa Anda sebelum mengambil
foto.
7. Bijaksanalah menggunakan memori
Biasakan untuk memindahkan foto Anda ke PC. Jadi selalu ada kapasitas memori yang cukup untuk mengambil foto.
8. Steady
Jaga keseimbangan. Usahakan tangan Anda jangan sampai bergoyang saat
tombol shutter ditekan. Ini untuk menjaga agar foto Anda tidak blur.
9. Eksplorasi fitur yang tersedia
Ponsel kamera untuk tipe-tipe ponsel mid-end dan high-end umumnya
dibekali dengan fitur yang cukup lengkap. Di sana bisa Anda temukan
pengaturan brightness, exposure, white balance, dan fitur-fitur lain.
Sesekali sempatkanlah untuk mengeksplorasi fitur apa saja yang ada di
ponsel. Dengan mengenal perangkat yang Anda gunakan, Anda bisa
menggunakannya dengan optimal
10. Eksperimen dengan White Balance
Ponsel Anda memiliki fitur white balance? Cobalah mengutak-atik fitur
ini. Anda bisa memodifikasi warna dan menghasilkan foto yang berbeda.
11. Hindari penggunaan digital zoom
Dekatkan diri ke obyek dengan cara menggeser posisi Anda, bukan dengan
digital zoom. Penggunaan digital zoom bisa membuat kualitas gambar
berkurang
12. Perhatikan ukuran cetakan
Foto yang dibidik dari ponsel bisa dicetak dengan kualitas maksimal jika Anda
menyesuaikan ukuran cetakan dengan resolusi gambar.
Rabu, 14 September 2011
Tips Untuk Fotographer Pemula
1). Sebelum memulai pemotretan, yang harus diingat ialah kamera hanyalah alat bantu, bukan yang utama. Tujuan pemotretan harus ditentukan, apakah untuk sekedar dokumentasi peristiwa ulang tahun, atau liputan tentang demontrasi. Karena itu biasakan menentukan tema pemotretan terlebih dulu. Dengan begitu kita tahu persis peristiwa atau momen apa yang akan 'direkam oleh cahaya' melalui kamera kita.
2). Beberapa tipe kamera yang dikenal untuk pemula di Indonesia ialah : kamera saku manual, & kamera tipe single lens reflex. Tipe umum tadi dulunya menggunakan rol film, namun sekarang seiiring dengan kemajuan teknologi digital, maka semua tipe tadi umum ditemui sudah memiliki kemampuan menyimpan & merekam momen secara digital.
3). Kamera single lens reflex ialah kemera yang dulunya sering disebut 'kamera manual wartawan' karena memiliki kemampuan pengaturan kecepatan rana terhadap bukaan diafragma lensa ( biasanya diset 1/4000 detik, semakin tinggi semakin baik & tajam ), tersedianya alat ukur ISO ( ukuran kecepatan film merekam gambar, biasanya terdapat pada data rol film yang dibeli ), tombol ukur pencahayaan gelap terang, lubang dudukan tripod / monopod, dan kemudahan untuk mengganti tipe lensa. Saat ini jenis kamera tipe ini tetap bisa diset secara manual atau digital otomatis, tergantung merek kameranya.
4). Penyimpanan data di dalam kamera saat ini mulai jarang yang menggunakan rol film lagi. Dimana gambar yang diambil kamera disimpan dalam bentuk XD-Card atau yang sejenisnya dengan berbagai ragam kapasitas penyimpanan. Kapasitas yang ditemui secara umum misalnya untuk tipe 16 MB mampu menyimpan sekitar 8 - 32 gambar dengan pixel / titik ketajaman warna gambar maksimal 2 megapixsel atau lebih kecil. Lebih dari itu akan ditentukan oleh kemampuan focus zoom kamera & media card penyimpan datanya. Semakin focus zoom-nya tinggi, maka gambar akan bisa diperbesar sehingga 10 megapixel, maka untuk itu diperlukan juga XD-Card atau penyimpan data yang juga semakin besar. Karena itu cek data teknis saat membeli kamera digital dan kegunaan kita.
5). Lensa pada kamera saku umum menggunakan lensa 50 mm. Ada juga yang disebut lensa sudut lebar mulai tipe 14, 15, 16, 17, 20, 24, 28, & 35 mm, lensa ini bisa digunakan untuk pengambilan gambar yang ingin fokus, detail, luas, dan lebar atas obyek bidiknya. Misalnya fotografi arsitektur atau untuk panorama alam. Ada juga yang disebut lensa tele 70, 85, 135, 180, 200, 300, dan 400 mm. Tujuan menggunakan lensa tele ialah untuk mendapatkan obyek bidik yang mampu mengaburkan ( efek blur ) bidang diluar obyek bidik, misalnya untuk memotret profile seorang pemain sepak bola di tengah-tengah permainannya. Biasanya orang menggunakan tripod atau monopod saat membidik obyek, sehingga gambar tidak menjadi kabur atau bergetar sehingga lebih fokus terhadap obyek.
6). Semakin panjang lensa semakin sempit sudut pandangnya. Misalnya kamera dengan lensa 400 mm hanya memiliki obyek pandang sekitar 6 derajat. Sedangkan kamera dengan lensa 50 mm memiliki bidang bidik memiliki bidang bidik sekitar 45 derajat.
7). Penggunaan digital kamera memudahkan proses editing dibandingkan kamera manual rol film. Proses cetak juga semakin singkat dengan penggunaan printer biasa atau sekedar disimpan dalam memory penyimpanan di komputer.
8). Untuk efek terhadap gambar yang dibuat semakin mudah dengan teknologi software digital seperti misalnya Adobe Photoshop.
2). Beberapa tipe kamera yang dikenal untuk pemula di Indonesia ialah : kamera saku manual, & kamera tipe single lens reflex. Tipe umum tadi dulunya menggunakan rol film, namun sekarang seiiring dengan kemajuan teknologi digital, maka semua tipe tadi umum ditemui sudah memiliki kemampuan menyimpan & merekam momen secara digital.
3). Kamera single lens reflex ialah kemera yang dulunya sering disebut 'kamera manual wartawan' karena memiliki kemampuan pengaturan kecepatan rana terhadap bukaan diafragma lensa ( biasanya diset 1/4000 detik, semakin tinggi semakin baik & tajam ), tersedianya alat ukur ISO ( ukuran kecepatan film merekam gambar, biasanya terdapat pada data rol film yang dibeli ), tombol ukur pencahayaan gelap terang, lubang dudukan tripod / monopod, dan kemudahan untuk mengganti tipe lensa. Saat ini jenis kamera tipe ini tetap bisa diset secara manual atau digital otomatis, tergantung merek kameranya.
4). Penyimpanan data di dalam kamera saat ini mulai jarang yang menggunakan rol film lagi. Dimana gambar yang diambil kamera disimpan dalam bentuk XD-Card atau yang sejenisnya dengan berbagai ragam kapasitas penyimpanan. Kapasitas yang ditemui secara umum misalnya untuk tipe 16 MB mampu menyimpan sekitar 8 - 32 gambar dengan pixel / titik ketajaman warna gambar maksimal 2 megapixsel atau lebih kecil. Lebih dari itu akan ditentukan oleh kemampuan focus zoom kamera & media card penyimpan datanya. Semakin focus zoom-nya tinggi, maka gambar akan bisa diperbesar sehingga 10 megapixel, maka untuk itu diperlukan juga XD-Card atau penyimpan data yang juga semakin besar. Karena itu cek data teknis saat membeli kamera digital dan kegunaan kita.
5). Lensa pada kamera saku umum menggunakan lensa 50 mm. Ada juga yang disebut lensa sudut lebar mulai tipe 14, 15, 16, 17, 20, 24, 28, & 35 mm, lensa ini bisa digunakan untuk pengambilan gambar yang ingin fokus, detail, luas, dan lebar atas obyek bidiknya. Misalnya fotografi arsitektur atau untuk panorama alam. Ada juga yang disebut lensa tele 70, 85, 135, 180, 200, 300, dan 400 mm. Tujuan menggunakan lensa tele ialah untuk mendapatkan obyek bidik yang mampu mengaburkan ( efek blur ) bidang diluar obyek bidik, misalnya untuk memotret profile seorang pemain sepak bola di tengah-tengah permainannya. Biasanya orang menggunakan tripod atau monopod saat membidik obyek, sehingga gambar tidak menjadi kabur atau bergetar sehingga lebih fokus terhadap obyek.
6). Semakin panjang lensa semakin sempit sudut pandangnya. Misalnya kamera dengan lensa 400 mm hanya memiliki obyek pandang sekitar 6 derajat. Sedangkan kamera dengan lensa 50 mm memiliki bidang bidik memiliki bidang bidik sekitar 45 derajat.
7). Penggunaan digital kamera memudahkan proses editing dibandingkan kamera manual rol film. Proses cetak juga semakin singkat dengan penggunaan printer biasa atau sekedar disimpan dalam memory penyimpanan di komputer.
8). Untuk efek terhadap gambar yang dibuat semakin mudah dengan teknologi software digital seperti misalnya Adobe Photoshop.
Selasa, 13 September 2011
Tips Memotret Pemandangan
Cara Memotret Pemandangan Yang Baik
1. Penuhi Dengan efek yang dramatisperhatikan dengan seksama foto yang akan anda ambil. jangan ragu untuk bereksperimen dengan memainkan kamera naik - turun, kesamping. Pastikan objek yang anda ambil menarik perhatian anda.
2. Ubah cara pandang andaWaktu memotret anda tidak harus dalam keadaan berdiri, cobalah dengan duduk, jongkok, atau berada di tempat yg lebih tinggi agar menghasilkan foto yang menarik.
3. Warna
Kehadiran warna adalah salah satu aspek agar menghasilkan foto yang bagus. Merah adalah warna yang paling menyenangkan buat mata. bila anda dapat menemukan warna ini walau hanya sedikit, siapkan kamera anda, tetapi anda juga harus memperhatikan posisi warna ini di kamera anda.Untuk meningkatkan efek dramatisasi, anda dapat dengan mudah mengubah foto menjadi hitam putih dengan menggunakan program image editing, dengan beberapa jenis kamera tertentu anda dapat mengubahnya langsung di kamera anda. Anda tentu juga dapat mengubah tingkat kontras dan terangnya.
4. Awan adalah sangat indah apabila dapat menemukan awan yang berada di atas horison, dengan dengan pemandangan yang anda lihat. Awan akan menampilkan nuansa dinamis dan melengkapi keindahan dari objek yang anda ambil.
5. Ketenangan
Suatu suasana yang tidak berangin terkadang sangat menyenangkan bagi pemotret pemandangan. Angin tentu memberikan suasana yang berbeda terhadap bunga, dedaunan, rerumputan, danau, dan aliran air yang indah.
6. Cuaca
Cuaca yang buruk mungkin dapat membantu anda mendapatkan foto yang menarik. Kabut, salju, ataupun hujan dapat memberikan suatu nuansa dramatis yang berbeda.
7. Pengambilan Jarak dekat (Close Up) foto pemandangan yang baik umumnya mempunyai daya tarik pada pengambilan jarak dekat. Pohon, semak belukar, bebatuan, bunga, dapat memberikan daya tarik yang mendalam bagi sebuah foto, detail yang mendalam akan menimbulkan sebuah efek 3 dimensi yang indah.
8. Yang terakhir, gunakan daya imaginasi anda, bebaskan diri anda dari semua aturan yang membelengu, explorasi diri anda agar menghasilkan suatu karya yang otentik dan indah.
1. Penuhi Dengan efek yang dramatisperhatikan dengan seksama foto yang akan anda ambil. jangan ragu untuk bereksperimen dengan memainkan kamera naik - turun, kesamping. Pastikan objek yang anda ambil menarik perhatian anda.
2. Ubah cara pandang andaWaktu memotret anda tidak harus dalam keadaan berdiri, cobalah dengan duduk, jongkok, atau berada di tempat yg lebih tinggi agar menghasilkan foto yang menarik.
3. Warna
Kehadiran warna adalah salah satu aspek agar menghasilkan foto yang bagus. Merah adalah warna yang paling menyenangkan buat mata. bila anda dapat menemukan warna ini walau hanya sedikit, siapkan kamera anda, tetapi anda juga harus memperhatikan posisi warna ini di kamera anda.Untuk meningkatkan efek dramatisasi, anda dapat dengan mudah mengubah foto menjadi hitam putih dengan menggunakan program image editing, dengan beberapa jenis kamera tertentu anda dapat mengubahnya langsung di kamera anda. Anda tentu juga dapat mengubah tingkat kontras dan terangnya.
4. Awan adalah sangat indah apabila dapat menemukan awan yang berada di atas horison, dengan dengan pemandangan yang anda lihat. Awan akan menampilkan nuansa dinamis dan melengkapi keindahan dari objek yang anda ambil.
5. Ketenangan
Suatu suasana yang tidak berangin terkadang sangat menyenangkan bagi pemotret pemandangan. Angin tentu memberikan suasana yang berbeda terhadap bunga, dedaunan, rerumputan, danau, dan aliran air yang indah.
6. Cuaca
Cuaca yang buruk mungkin dapat membantu anda mendapatkan foto yang menarik. Kabut, salju, ataupun hujan dapat memberikan suatu nuansa dramatis yang berbeda.
7. Pengambilan Jarak dekat (Close Up) foto pemandangan yang baik umumnya mempunyai daya tarik pada pengambilan jarak dekat. Pohon, semak belukar, bebatuan, bunga, dapat memberikan daya tarik yang mendalam bagi sebuah foto, detail yang mendalam akan menimbulkan sebuah efek 3 dimensi yang indah.
8. Yang terakhir, gunakan daya imaginasi anda, bebaskan diri anda dari semua aturan yang membelengu, explorasi diri anda agar menghasilkan suatu karya yang otentik dan indah.
Exposure pada kamera DSLR
Kategori: Teori Dasar Fotografi
Exposure
Eksposure / pencahayaan adalah: banyaknya sinar yang diterima oleh sensor / film. Apabila kurang sinarnya maka foto akan terlihat cendrung gelap / under, sedangkan apa bila kelebihan maka foto akan terlihat cendrung keterangan / over...
Pencahayaan sendiri merupakan kombinasi antara AV / aperture value yaitu besar kecilnya diafragma, TV / time value / shutter speed yaitu lamanya bukaan rana, dan terakhir ISO / iternasional standard organization yang dalam hal ini merupakan standard internasional untuk tingkat kepekaan sensor / film...
Eksposure ini sendiri sering dianalogi kan seperti kita hendak mengisi gelas dengan air dari keran... Dimana putaran keran tersebut diibaratkan dengan aperture, lama keran dibuka diibaratkan dengan shutter speed, gelasnya diibaratkan dengan ISO, tekanan air diibaratkan dengan intensitas penerangan (terang atau low light), dan terakhir airnya diibaratkan dengan sinar... Maka jika keran kita buka lebar maka gelas akan cepat penuhnya... Sedangkan kalo keran kita kecilin maka gelas akan lebih lama penuhnya... Dan ketika kita pake gelas besar (iso rendah) maka kita juga akan semakin lama mengisi gelas tersebut, beda dengan jika gelasnya kita kecilin (iso tinggi) maka gelas tersebut akan lebih cepat penuhnya... Tapi tetap air yang digelas besar lebih banyak dari yang di gelas kecil... Begitu pula tekanan air, semakin tinggi tekanan air (kondisi penerangan terang), atau semakin kecil tekanan air (low light) akan berpengaruh kepada waktu pengisian... Namun terkadang sebelum gelas penuh kita sudah menyetop keran maka terjadilah keadaan under... Atau malah sebaliknya walau gelas sudah penuh tapi keran belom kita tutup maka terjadilah keadaan over...
Enaknya pada zaman sekarang eksposure ini sudah dihitung otomatis oleh camera dengan system yang namanya metering. Matering ini bekerja seperti light/flash meter. Bedanya system ini hanya mampu mengukur continous light saja... Dan keuntungan tekhnologi sekarang lainnya adalah foto kita bisa dianalisa dari histogram pada camera... Sedangkan kalo zaman dulu seorang fotografer harus membawa segepok catatan yang berisikan hal-hal seperti kalo foto siang hari bolong av, tv, nya berapa pada iso sekian, terus kalo ada awannya jadi sekian, kalo sore sekian, dst...
Nah prinsip kerja dari metering ini sendiri yaitu menentukan eksposure warna abu-abu 18% (sesuai gray card) pada suatu kondisi penerangan... Makanya apabila kita memotret benda atau keadaan dominan putih / terang / hi key akan terlihat abu-abu/gelap pada foto kita, dan apabila kita memotret benda dominan hitam / gelap / low key juga akan terlihat abu-abu / pada foto kita lebih terang dari keadaan sebenarnya... Dan makanya di camera kita ada exposure compensation (pada kelas dua digit angkanya -2 s.d. 2).
Dan kesimpulan juga kalo mau memotret dengan exposure yang pas (corect exposure) ya ukur / metering lah pada gray card yang diletakkan pada tempat penerangan yang mau kita ukur exposurenya...
Dan satu lagi jika contras antara tempat yang paling gelap atau terang menyebabkan sudah tidak tertangkap lagi ditail pada tempat gelap atau terang tersebut, berarti anda harus memilih antara tetap pada exposure itu atau mengorbankan salah satunya (mempertahankan ditail di tempat gelap atau di tempat terang)... Sukur-sukur kalo tempat gelapnya tidak luas dan bisa kita angkat (fill in) dengan penerangan buatan seperti flash...
Pada saat kontras tinggi inilah dibutuhkannya camera dengan cakupan dynamic range yang luas atau menggunakan tekhnik edit yang biasa kita sebut HDR...
Kembali ke komponen dari exposure:
a. Aperture
Aperture memiliki angka sebagai berikut (untuk pergeseran 1 stop): ...1; 1,4; 2; 2,8; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22; 32;...
Maksud angka diatas sendiri adalah lubang yang terbuka pada lensa kita seper (angka diatas) dari luas lensa kita... Yang perlu dicermati bagaimana aperture mempengaruhi foto kita yaitu semakin lebar aperture dibuka (angka kecil) maka akan semakin sempit/pendek DOF/ruang tajam yang kita dapatkan... Dan semakin sempit lubangnya (angka besar) maka akan semakin panjang DOF/ruang tajam yang kita dapatkan...
Menyangkut masukan dari oom Lay Kana ada semacam teori bahwa suatu lensa itu akan maksimal lensanya dalam merekam subject apabila aperturnya diset sekitar 3 stop lebih sempit dari apertur terluasnya... Contoh: jika lensa dengan bukaan terlebar 2,8; maka foto terbeningnya akan kita temukan pada bukaan 8...
b. Shutter Speed
Ada pun angka pada shutter speed adalah sebagai berikut (untuk pergeseran satu stop): ...8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125, 60, 30, 15, 8, 4, 0'5, 1', 2', 4', 8', 15', 30', bulb (selama shutter ditekan camera akan terus merekam)... Maksud angka diatas sendiri adalah seper (angka diatas)detik dan detik untuk tanda '. Yang perlu dicermati bagaimana speed mempengaruhi foto kita yaitu: dengan speed tinggi subject bergerak (apalagi diam) akan terlihat beku sehingga terlihat tajam... Sedangkan pada speed rendah motion (gerakan) dari subject bergerak juga akan terekam oleh camera... Dan kalau dilamakan lagi pada saat tertentu benda bergerak tidak akan terekam sama sekali oleh camera (tidak ada pada foto)...
Nah untuk menentukan speed sendiri agar foto kita freze (beku) dan tajam ada dua hal yang harus diperhatikan:
b1. Speed minimal untuk membekukan gerak subject (subject motion)
Pada dasarnya macam-macam tingkat shutter speed untuk membekukan subject... Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan dari si subject sendiri... Seperti kalo motret orang yang sedang pause (pose) mungkin dengan 0,5 detik tetap beku... Tapi speed segitu belom tentu beku kalo orangnya jalan... Antara jalan dan lari juga beda speed untuk membekukannya... Gerakan di atas panggung mungkin beku pada speed 1/125dtk... Tapi mungkin belom bisa membekukan motor dijalanan... Begitu pula dengan orang yang sedang balapan tentu harus lebih cepat lagi speed untuk membekukannya... Namun selain dari kecepatan subject sendiri, ada hal lain yang juga ikut mempengaruhi yaitu jarak subject kita dan arah gerakannya... Semakin dekat subject semakin cepat gerakannya... Ini alasan kenapa pesawat terbang yang begitu kencang tetapi terlihat pelan ketika di langit... Karena jaraknya emang jauh... Kalo arah gerakan sabject mendekati atau menjauhi kita akan beda kecepatannya ketika sisubject bergerak sejajar dengan pandangan kita...
b2. Speed minimal untuk melakukan pemotretan dengan cara hands held (dengan cara memegang kamera tanpa tumpuan atau tripot)
Pada prinsipnya makin panjang focal length yang kita gunakan maka akan makin gampang gerakan pada camera kita, yang akan ikut terekam pada foto... Makannya rumus hands held ini dikaitkan dengan panjang focal length yaitu speed = 1/(panjang focal length)
Nah disinilah IS (image stabilizer) itu sangat berperan... IS sendiri menurut analogi saya prisipnya sama dengan shockbreaker pada mobil... Tekhnologi berperan untuk meredam getaran yang terjadi... Mungkin yang sering jadi pertanyaan bagusan mana sih IS pada lensa apa pada body... Kalo menurut pendapat pribadi saya analoginya sama ketika shock pada motor berpindah dari per dibawah kursi menjadi dekat roda... Makin dekat peredamnya ditaruh ke sumber makin efisien kerjanya... Ya tentu IS pada lensa lebih bagus karena gerakan sinar lebih duluan masuk di lensa baru diteruskan ke sensor... Namun IS juga memiliki keterbatasan dalam meredam getaran...
Nah disaat speed sudah terlalu lambat inilah kita harus menggunakan tripot... Sebenarnya fungsi tripot ada dua, yang satunya akan saya jelaskan pada bagian focusing... Satuhal yang perlu di ingat, matikan IS jika anda memotret menggunakan tripot
Yang perlu ditekankan di sini:
- IS dan Tripot hanya untuk meredam getaran pada camera... Tapi tidak untuk membekukan subject...
- Tidak semua foto itu harus freeze, karena ada beberapa foto yang memang indah jika kita menggunakan speed rendah seperti memotret aliran sungai agar terlihat seperti kapas, memotret lampu mobil yang sedang ada di jalan, dan bahkan dalam aksi panggung akan lebih indah juga jika motionnya sedikit tertangkap.
- Bahkan ada tekhnik motret dimana kamera sengaja digoyang pada saat speed rendah...
c. ISO
Angka dari ISO sendiri yaitu (untuk perubahan 1 stop): ...50, 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400,... Semakin tinggi angka ISO maka akan semakin sensitif sensor/film apabila terkena sinar... Yang perlu diketahui bagaimana ISO mempengaruhi foto kita yaitu: iso lebih tinggi akan cenderung menyebabkan foto lebih noise, kurang kontras, kurang resolusi...
Sedikit tambahan untuk angka-angka di atas yang berhubungan dengan stop adalah sebagai berikut: ketika anda memotret dengan exposure speed 60, diafragma 8, dan ISO 100... Ternyata anda beranggapan subject anda kurang beku dan memutuskan untuk menaikkan speed menjadi 125 (1 stop)... Untuk mendapat nilai eksposure (gelap terang yang sama pada foto) berarti anda harus melebarkan bukaan diafragma anda menjadi 5,6 (dari 8 menjadi 5,6 = 1 stop) atau anda harus menaikkan iso anda menjadi 200 (naik 1 stop)... Nah inilah factor tekhnis yang membuat foto tiap fotografer itu berbeda-beda... Dalam kondisi tertentu ada fotografer yang lebih suka mengorbankan speed, ada yang mengorbankan ruangtajam, dan ada yang lebih toleransi terhadap noise yang ada pada foto mereka...
Nah disinilah anda memberikan keputusan ingin menggunakan mode yang mana pada kreatif zone... Kalo prioritas anda pada diafragma misalnya karena anda ingin mendapat dof yang stabil gunakan mode AV karena aperture anda akan selalu tetap dan speed anda secara otomatis akan dicarikan camera... Tapi kalo prioritas anda pada speed misalnya karena ingin selalu subjectnya beku, gunakan mode tv karena speed anda akan selalu tetap sedangkan apertur akan ditentukan secara otomatis oleh camera... Kalo terjadi mentok dimana contohnya pada stelan tv, anda tetapkan anda ingin memotret pada speed 125... angka exposure anda pada metering camera menunjukkan angka 2,8 dan anda sedang menggunakan lensa dengan f terlebarnya maximal 2,8. Lalu angka tersebut berkedip-kedip, ini menandakan pada tingkat iso yang sedang anda gunakan keadaannya masih under walaupun settingan otomatis yang dicarikan oleh kamera (dalam hal ini aperture) sudah maksimal... Berarti anda harus menaikkan ISO sampai aperturnya tidak berkedip lagi agar exposure yang anda dapatkan pas... Biasanya ketika berkedip kalo anda paksa untuk memotret tanpa merubah ISO, maka speednya akan menyesuaikan sendiri yang pada kasus ini ke speed yang lebih rendah walaupun anda sedang menggunakan mode tv...
O ia, apabila anda ragu terhadapa nilai exposure yang anda ingin kan, ada baiknya anda melakukan braketing (AEB = auto exposure baketing)... Yaitu sebuah fasilitas dari camera dimana pada tiga frame yang kita foto akan terdapat ukuran under, ukuran yang pas menurut camera, dan ukuran over... Berapa stop under dan overnya pun dapat kita stel... Jadi setiap subject foto harus kita potret tiga kali, dan kita akan memperoleh tiga foto dengan exposure berbeda... Cara settingnya: menu --> AEB --> Set --> quick control dial (untuk menentukan berapa stopnya) --> set.
Exposure
Eksposure / pencahayaan adalah: banyaknya sinar yang diterima oleh sensor / film. Apabila kurang sinarnya maka foto akan terlihat cendrung gelap / under, sedangkan apa bila kelebihan maka foto akan terlihat cendrung keterangan / over...
Pencahayaan sendiri merupakan kombinasi antara AV / aperture value yaitu besar kecilnya diafragma, TV / time value / shutter speed yaitu lamanya bukaan rana, dan terakhir ISO / iternasional standard organization yang dalam hal ini merupakan standard internasional untuk tingkat kepekaan sensor / film...
Eksposure ini sendiri sering dianalogi kan seperti kita hendak mengisi gelas dengan air dari keran... Dimana putaran keran tersebut diibaratkan dengan aperture, lama keran dibuka diibaratkan dengan shutter speed, gelasnya diibaratkan dengan ISO, tekanan air diibaratkan dengan intensitas penerangan (terang atau low light), dan terakhir airnya diibaratkan dengan sinar... Maka jika keran kita buka lebar maka gelas akan cepat penuhnya... Sedangkan kalo keran kita kecilin maka gelas akan lebih lama penuhnya... Dan ketika kita pake gelas besar (iso rendah) maka kita juga akan semakin lama mengisi gelas tersebut, beda dengan jika gelasnya kita kecilin (iso tinggi) maka gelas tersebut akan lebih cepat penuhnya... Tapi tetap air yang digelas besar lebih banyak dari yang di gelas kecil... Begitu pula tekanan air, semakin tinggi tekanan air (kondisi penerangan terang), atau semakin kecil tekanan air (low light) akan berpengaruh kepada waktu pengisian... Namun terkadang sebelum gelas penuh kita sudah menyetop keran maka terjadilah keadaan under... Atau malah sebaliknya walau gelas sudah penuh tapi keran belom kita tutup maka terjadilah keadaan over...
Enaknya pada zaman sekarang eksposure ini sudah dihitung otomatis oleh camera dengan system yang namanya metering. Matering ini bekerja seperti light/flash meter. Bedanya system ini hanya mampu mengukur continous light saja... Dan keuntungan tekhnologi sekarang lainnya adalah foto kita bisa dianalisa dari histogram pada camera... Sedangkan kalo zaman dulu seorang fotografer harus membawa segepok catatan yang berisikan hal-hal seperti kalo foto siang hari bolong av, tv, nya berapa pada iso sekian, terus kalo ada awannya jadi sekian, kalo sore sekian, dst...
Nah prinsip kerja dari metering ini sendiri yaitu menentukan eksposure warna abu-abu 18% (sesuai gray card) pada suatu kondisi penerangan... Makanya apabila kita memotret benda atau keadaan dominan putih / terang / hi key akan terlihat abu-abu/gelap pada foto kita, dan apabila kita memotret benda dominan hitam / gelap / low key juga akan terlihat abu-abu / pada foto kita lebih terang dari keadaan sebenarnya... Dan makanya di camera kita ada exposure compensation (pada kelas dua digit angkanya -2 s.d. 2).
Dan kesimpulan juga kalo mau memotret dengan exposure yang pas (corect exposure) ya ukur / metering lah pada gray card yang diletakkan pada tempat penerangan yang mau kita ukur exposurenya...
Dan satu lagi jika contras antara tempat yang paling gelap atau terang menyebabkan sudah tidak tertangkap lagi ditail pada tempat gelap atau terang tersebut, berarti anda harus memilih antara tetap pada exposure itu atau mengorbankan salah satunya (mempertahankan ditail di tempat gelap atau di tempat terang)... Sukur-sukur kalo tempat gelapnya tidak luas dan bisa kita angkat (fill in) dengan penerangan buatan seperti flash...
Pada saat kontras tinggi inilah dibutuhkannya camera dengan cakupan dynamic range yang luas atau menggunakan tekhnik edit yang biasa kita sebut HDR...
Kembali ke komponen dari exposure:
a. Aperture
Aperture memiliki angka sebagai berikut (untuk pergeseran 1 stop): ...1; 1,4; 2; 2,8; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22; 32;...
Maksud angka diatas sendiri adalah lubang yang terbuka pada lensa kita seper (angka diatas) dari luas lensa kita... Yang perlu dicermati bagaimana aperture mempengaruhi foto kita yaitu semakin lebar aperture dibuka (angka kecil) maka akan semakin sempit/pendek DOF/ruang tajam yang kita dapatkan... Dan semakin sempit lubangnya (angka besar) maka akan semakin panjang DOF/ruang tajam yang kita dapatkan...
Menyangkut masukan dari oom Lay Kana ada semacam teori bahwa suatu lensa itu akan maksimal lensanya dalam merekam subject apabila aperturnya diset sekitar 3 stop lebih sempit dari apertur terluasnya... Contoh: jika lensa dengan bukaan terlebar 2,8; maka foto terbeningnya akan kita temukan pada bukaan 8...
b. Shutter Speed
Ada pun angka pada shutter speed adalah sebagai berikut (untuk pergeseran satu stop): ...8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125, 60, 30, 15, 8, 4, 0'5, 1', 2', 4', 8', 15', 30', bulb (selama shutter ditekan camera akan terus merekam)... Maksud angka diatas sendiri adalah seper (angka diatas)detik dan detik untuk tanda '. Yang perlu dicermati bagaimana speed mempengaruhi foto kita yaitu: dengan speed tinggi subject bergerak (apalagi diam) akan terlihat beku sehingga terlihat tajam... Sedangkan pada speed rendah motion (gerakan) dari subject bergerak juga akan terekam oleh camera... Dan kalau dilamakan lagi pada saat tertentu benda bergerak tidak akan terekam sama sekali oleh camera (tidak ada pada foto)...
Nah untuk menentukan speed sendiri agar foto kita freze (beku) dan tajam ada dua hal yang harus diperhatikan:
b1. Speed minimal untuk membekukan gerak subject (subject motion)
Pada dasarnya macam-macam tingkat shutter speed untuk membekukan subject... Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan dari si subject sendiri... Seperti kalo motret orang yang sedang pause (pose) mungkin dengan 0,5 detik tetap beku... Tapi speed segitu belom tentu beku kalo orangnya jalan... Antara jalan dan lari juga beda speed untuk membekukannya... Gerakan di atas panggung mungkin beku pada speed 1/125dtk... Tapi mungkin belom bisa membekukan motor dijalanan... Begitu pula dengan orang yang sedang balapan tentu harus lebih cepat lagi speed untuk membekukannya... Namun selain dari kecepatan subject sendiri, ada hal lain yang juga ikut mempengaruhi yaitu jarak subject kita dan arah gerakannya... Semakin dekat subject semakin cepat gerakannya... Ini alasan kenapa pesawat terbang yang begitu kencang tetapi terlihat pelan ketika di langit... Karena jaraknya emang jauh... Kalo arah gerakan sabject mendekati atau menjauhi kita akan beda kecepatannya ketika sisubject bergerak sejajar dengan pandangan kita...
b2. Speed minimal untuk melakukan pemotretan dengan cara hands held (dengan cara memegang kamera tanpa tumpuan atau tripot)
Pada prinsipnya makin panjang focal length yang kita gunakan maka akan makin gampang gerakan pada camera kita, yang akan ikut terekam pada foto... Makannya rumus hands held ini dikaitkan dengan panjang focal length yaitu speed = 1/(panjang focal length)
Nah disinilah IS (image stabilizer) itu sangat berperan... IS sendiri menurut analogi saya prisipnya sama dengan shockbreaker pada mobil... Tekhnologi berperan untuk meredam getaran yang terjadi... Mungkin yang sering jadi pertanyaan bagusan mana sih IS pada lensa apa pada body... Kalo menurut pendapat pribadi saya analoginya sama ketika shock pada motor berpindah dari per dibawah kursi menjadi dekat roda... Makin dekat peredamnya ditaruh ke sumber makin efisien kerjanya... Ya tentu IS pada lensa lebih bagus karena gerakan sinar lebih duluan masuk di lensa baru diteruskan ke sensor... Namun IS juga memiliki keterbatasan dalam meredam getaran...
Nah disaat speed sudah terlalu lambat inilah kita harus menggunakan tripot... Sebenarnya fungsi tripot ada dua, yang satunya akan saya jelaskan pada bagian focusing... Satuhal yang perlu di ingat, matikan IS jika anda memotret menggunakan tripot
Yang perlu ditekankan di sini:
- IS dan Tripot hanya untuk meredam getaran pada camera... Tapi tidak untuk membekukan subject...
- Tidak semua foto itu harus freeze, karena ada beberapa foto yang memang indah jika kita menggunakan speed rendah seperti memotret aliran sungai agar terlihat seperti kapas, memotret lampu mobil yang sedang ada di jalan, dan bahkan dalam aksi panggung akan lebih indah juga jika motionnya sedikit tertangkap.
- Bahkan ada tekhnik motret dimana kamera sengaja digoyang pada saat speed rendah...
c. ISO
Angka dari ISO sendiri yaitu (untuk perubahan 1 stop): ...50, 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400,... Semakin tinggi angka ISO maka akan semakin sensitif sensor/film apabila terkena sinar... Yang perlu diketahui bagaimana ISO mempengaruhi foto kita yaitu: iso lebih tinggi akan cenderung menyebabkan foto lebih noise, kurang kontras, kurang resolusi...
Sedikit tambahan untuk angka-angka di atas yang berhubungan dengan stop adalah sebagai berikut: ketika anda memotret dengan exposure speed 60, diafragma 8, dan ISO 100... Ternyata anda beranggapan subject anda kurang beku dan memutuskan untuk menaikkan speed menjadi 125 (1 stop)... Untuk mendapat nilai eksposure (gelap terang yang sama pada foto) berarti anda harus melebarkan bukaan diafragma anda menjadi 5,6 (dari 8 menjadi 5,6 = 1 stop) atau anda harus menaikkan iso anda menjadi 200 (naik 1 stop)... Nah inilah factor tekhnis yang membuat foto tiap fotografer itu berbeda-beda... Dalam kondisi tertentu ada fotografer yang lebih suka mengorbankan speed, ada yang mengorbankan ruangtajam, dan ada yang lebih toleransi terhadap noise yang ada pada foto mereka...
Nah disinilah anda memberikan keputusan ingin menggunakan mode yang mana pada kreatif zone... Kalo prioritas anda pada diafragma misalnya karena anda ingin mendapat dof yang stabil gunakan mode AV karena aperture anda akan selalu tetap dan speed anda secara otomatis akan dicarikan camera... Tapi kalo prioritas anda pada speed misalnya karena ingin selalu subjectnya beku, gunakan mode tv karena speed anda akan selalu tetap sedangkan apertur akan ditentukan secara otomatis oleh camera... Kalo terjadi mentok dimana contohnya pada stelan tv, anda tetapkan anda ingin memotret pada speed 125... angka exposure anda pada metering camera menunjukkan angka 2,8 dan anda sedang menggunakan lensa dengan f terlebarnya maximal 2,8. Lalu angka tersebut berkedip-kedip, ini menandakan pada tingkat iso yang sedang anda gunakan keadaannya masih under walaupun settingan otomatis yang dicarikan oleh kamera (dalam hal ini aperture) sudah maksimal... Berarti anda harus menaikkan ISO sampai aperturnya tidak berkedip lagi agar exposure yang anda dapatkan pas... Biasanya ketika berkedip kalo anda paksa untuk memotret tanpa merubah ISO, maka speednya akan menyesuaikan sendiri yang pada kasus ini ke speed yang lebih rendah walaupun anda sedang menggunakan mode tv...
O ia, apabila anda ragu terhadapa nilai exposure yang anda ingin kan, ada baiknya anda melakukan braketing (AEB = auto exposure baketing)... Yaitu sebuah fasilitas dari camera dimana pada tiga frame yang kita foto akan terdapat ukuran under, ukuran yang pas menurut camera, dan ukuran over... Berapa stop under dan overnya pun dapat kita stel... Jadi setiap subject foto harus kita potret tiga kali, dan kita akan memperoleh tiga foto dengan exposure berbeda... Cara settingnya: menu --> AEB --> Set --> quick control dial (untuk menentukan berapa stopnya) --> set.
Senin, 12 September 2011
Tips Memotret Di Perjalanan
TEKNIK
a. Teknik Memotret
Pada dasarnya teknik memotret adalah teknik menggabungkan atau memadukan unsur pencahayaan, unsur kecepatan rana dan bukaan diafragma pada kamera. Pada kamera semi professional maupun professional unsur kecepatan rana dan bukaan diagfragma bisa diatur menurut kebutuhan kita. Namun bila kita hanya mempunyai kamera pocket kita bisa mengaturnya lewat menu instantnya seperti menu panorama (untuk memotret pemandangan), menu portrait (untuk memotret objek/profil), menu night (untuk memotret malam), menu makro (untuk memotret obyek sangat dekat, menu kecepatan tinggi (untuk memotret obyek bergerak) dan menu-menu instant lain yang tersedia. Aturlah menu-menu yang ada dengan kebutuhan dan cobalah bereksperimen diluar menu full otomatis untuk mendapatkan hasil yang beda.
b. Pencahayaan
Saat memotret di luar ruang cahaya matahari adalah sumber cahaya yang luar biasa besar pengaruhnya. Sehingga kita harus pandai mengatur dan memanfaatkan jatuhnya cahaya pada obyek yang kita potret. Beberapa tips yang bisa diterapkan saat memotret siang hari:
- Gunakan elemen yang bersifat memantulkan cahaya seperti pakaian yang cerah, tembok putih, mobil yang berkilau untuk menghilangkan kekontrasan bayangan pada obyek.
- Cahaya matahari yang penuh akan bagus untuk memotret pemandangan secara detail namun untuk memotret profil akan menimbulkan bayangan yang kuat pada dagu atau hidung yang sangat mengganggu. Untuk itu perlu dibantu dengan adanya lampu kilat fill in. Atau cobalah untuk menunda pemotretan barang sebentar hingga cahaya sedikit tertutup awan dan memberi efek lembut dan tersebar.
- Manfaatkan waktu terbaik dalam pemotretan yang jatuh antara pukul 06.00-10.00 atau pukul 14.00-17.00.
- Gunakan siluet jatuhnya bayangan pada bagian tertentu dari obyek untuk mendapatkan efek yang berdimensi dan artistik.
- Efek cahaya dari depan akan membentuk photo yang merata dan datar, efek dari samping akan memberikan efek kedalaman dan dramatis sementara efek dari belakang akan membentuk siluet yang dramatis.
- Cahaya matahari di waktu pagi akan memberikan efek kuning, matahari terbenam akan membiaskan warna coklat dan warna bening akan didapat saat matahari tepat menunjukkan pukul 12 siang.
c. Komposisi
Komposisi adalah bagaimana menempatkan obyek photo pada bidang pemotretan sehingga menghasilkan point of view. Obyek secara keseluruhan akan disatukan melalui point of view tersebut. Wajar bila komposisi akan menentukan artistic tidaknya sebuah photo. Komposisi banyak berkenaan dengan rasa sehingga selalulah mencoba mengasah kepekaan untuk mendapatkan komposisi yang maksimal. Disamping itu cobalah untuk mensiasati dengan mengatur sudut pemotretan yang tepat dan unik. Beberapa unsur komposisi diantaranya:
- Pola: Pola/pengulangan merupakan unsur yang indah untuk dilihat. Jajaran pilar, deretan lampu jalan, anak sekolah berbaris, deretan pot bunga dan lainnya merupakan obyek yang menarik untuk diabadikan. Hasil terbaik bila komposisi pola dan obyek selaras atau malah kontras. Bukan saling bertabrakan.
- Garis: obyek yang membentuk garis bisa di ekspose seperti pagar, jalan, pohon, horizon dan lainnya. Garis bisa berupa garis diagonal, vertical, horizontal bahkan lengkung. Letakkanlah elemen garis ini di sepertiga bisang pemotretan.
- Warna: Warna akan memperkaya dan menghidupkan photo. Padu padankan warna yang senada atau kontras dalam jepretan anda untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Pelajarilah karakter warna untuk memberi makna pada komposisi yang anda buat.
KESIAPAN
Dalam perjalanan seringkali obyek dan ekspresi yang bagus datang begitu tiba-tiba dan cepat sekali hilangnya. Kita tidak bisa kembali mengulang ataupun mendapatkan moment itu saat kita tidak siap. Untuk itu beberapa tips berikut bisa jadi acuan:
- Persiapkan semua perlengkapan memotret dalam keadaan “siaga” selama perjalanan ke tempat-tempat menarik sehingga anda bisa mengcover semua moment menarik di tempat tersebut.
- Jangan sayang untuk menjepret obyek selama perjalanan beberapa kali untuk mendapatkan hasil maksimal. Carilah sudut-sudut pemotretan yang tak biasa untuk mendapatkan hasil yang beda.
- Gunakanlah bantuan tripot mini dan timer agar gambar anda bisa masuk ke dalam photo tanpa perlu bersusah payah meminta bantuan orang lain yang belum tentu mampu memotret sebaik anda.
- Tak ada photo yang terbuang. Jadi cobalah memaksimalkan photo-photo reject hasil perjalanan anda dengan photoshop siapa tahu akan mendapatkan kembali photo-photo unik.
- Jangan lupa menyimpan hasil jepretan anda pada folder-folder yang tersusun rapi supaya memudahkan anda untuk memilih dan memilah bila akan mendevelopnya nanti.
a. Teknik Memotret
Pada dasarnya teknik memotret adalah teknik menggabungkan atau memadukan unsur pencahayaan, unsur kecepatan rana dan bukaan diafragma pada kamera. Pada kamera semi professional maupun professional unsur kecepatan rana dan bukaan diagfragma bisa diatur menurut kebutuhan kita. Namun bila kita hanya mempunyai kamera pocket kita bisa mengaturnya lewat menu instantnya seperti menu panorama (untuk memotret pemandangan), menu portrait (untuk memotret objek/profil), menu night (untuk memotret malam), menu makro (untuk memotret obyek sangat dekat, menu kecepatan tinggi (untuk memotret obyek bergerak) dan menu-menu instant lain yang tersedia. Aturlah menu-menu yang ada dengan kebutuhan dan cobalah bereksperimen diluar menu full otomatis untuk mendapatkan hasil yang beda.
b. Pencahayaan
Saat memotret di luar ruang cahaya matahari adalah sumber cahaya yang luar biasa besar pengaruhnya. Sehingga kita harus pandai mengatur dan memanfaatkan jatuhnya cahaya pada obyek yang kita potret. Beberapa tips yang bisa diterapkan saat memotret siang hari:
- Gunakan elemen yang bersifat memantulkan cahaya seperti pakaian yang cerah, tembok putih, mobil yang berkilau untuk menghilangkan kekontrasan bayangan pada obyek.
- Cahaya matahari yang penuh akan bagus untuk memotret pemandangan secara detail namun untuk memotret profil akan menimbulkan bayangan yang kuat pada dagu atau hidung yang sangat mengganggu. Untuk itu perlu dibantu dengan adanya lampu kilat fill in. Atau cobalah untuk menunda pemotretan barang sebentar hingga cahaya sedikit tertutup awan dan memberi efek lembut dan tersebar.
- Manfaatkan waktu terbaik dalam pemotretan yang jatuh antara pukul 06.00-10.00 atau pukul 14.00-17.00.
- Gunakan siluet jatuhnya bayangan pada bagian tertentu dari obyek untuk mendapatkan efek yang berdimensi dan artistik.
- Efek cahaya dari depan akan membentuk photo yang merata dan datar, efek dari samping akan memberikan efek kedalaman dan dramatis sementara efek dari belakang akan membentuk siluet yang dramatis.
- Cahaya matahari di waktu pagi akan memberikan efek kuning, matahari terbenam akan membiaskan warna coklat dan warna bening akan didapat saat matahari tepat menunjukkan pukul 12 siang.
c. Komposisi
Komposisi adalah bagaimana menempatkan obyek photo pada bidang pemotretan sehingga menghasilkan point of view. Obyek secara keseluruhan akan disatukan melalui point of view tersebut. Wajar bila komposisi akan menentukan artistic tidaknya sebuah photo. Komposisi banyak berkenaan dengan rasa sehingga selalulah mencoba mengasah kepekaan untuk mendapatkan komposisi yang maksimal. Disamping itu cobalah untuk mensiasati dengan mengatur sudut pemotretan yang tepat dan unik. Beberapa unsur komposisi diantaranya:
- Pola: Pola/pengulangan merupakan unsur yang indah untuk dilihat. Jajaran pilar, deretan lampu jalan, anak sekolah berbaris, deretan pot bunga dan lainnya merupakan obyek yang menarik untuk diabadikan. Hasil terbaik bila komposisi pola dan obyek selaras atau malah kontras. Bukan saling bertabrakan.
- Garis: obyek yang membentuk garis bisa di ekspose seperti pagar, jalan, pohon, horizon dan lainnya. Garis bisa berupa garis diagonal, vertical, horizontal bahkan lengkung. Letakkanlah elemen garis ini di sepertiga bisang pemotretan.
- Warna: Warna akan memperkaya dan menghidupkan photo. Padu padankan warna yang senada atau kontras dalam jepretan anda untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Pelajarilah karakter warna untuk memberi makna pada komposisi yang anda buat.
KESIAPAN
Dalam perjalanan seringkali obyek dan ekspresi yang bagus datang begitu tiba-tiba dan cepat sekali hilangnya. Kita tidak bisa kembali mengulang ataupun mendapatkan moment itu saat kita tidak siap. Untuk itu beberapa tips berikut bisa jadi acuan:
- Persiapkan semua perlengkapan memotret dalam keadaan “siaga” selama perjalanan ke tempat-tempat menarik sehingga anda bisa mengcover semua moment menarik di tempat tersebut.
- Jangan sayang untuk menjepret obyek selama perjalanan beberapa kali untuk mendapatkan hasil maksimal. Carilah sudut-sudut pemotretan yang tak biasa untuk mendapatkan hasil yang beda.
- Gunakanlah bantuan tripot mini dan timer agar gambar anda bisa masuk ke dalam photo tanpa perlu bersusah payah meminta bantuan orang lain yang belum tentu mampu memotret sebaik anda.
- Tak ada photo yang terbuang. Jadi cobalah memaksimalkan photo-photo reject hasil perjalanan anda dengan photoshop siapa tahu akan mendapatkan kembali photo-photo unik.
- Jangan lupa menyimpan hasil jepretan anda pada folder-folder yang tersusun rapi supaya memudahkan anda untuk memilih dan memilah bila akan mendevelopnya nanti.
Minggu, 11 September 2011
Persiapan Sebelum Melakukan Pemotretan
Selalu Bawa Kamera
Alasan utama mengapa Anda melewatkan momen yang bagus untuk difoto adalah karena Anda tidak membawa kamera. Jadikanlah suatu kebiasaan untuk selalu membawa kamera kemanapun Anda bepergian karena Anda tidak tahu momen-momen atau pemandangan-pemandangan apa yang akan Anda temui nanti. Belilah tas atau tempat untuk kamera Anda karena hal tersebut dapat memudahkan Anda membawa kamera, selain itu juga dapat melindungi kamera Anda dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti goresan maupun benturan dengan benda lain. Tas atau tempat kamera yang memiliki busa dan memiliki lapisan luar yang cukup keras adalah pilihan yang cerdas untuk hal ini.
Foto Lebih Banyak Lagi
Jika Anda berfikir bahwa Anda telah cukup banyak mengambil foto, tidak demikian adanya, terutama jika Anda adalah pemilik kamera digital. Hasil foto kamera digital disimpan dalam format digital (berkas), jadi tidak ada kerugian bagi Anda untuk mengambil foto lebih banyak. Memang foto tersebut akan menghabiskan sejumlah space pada kartu memori Anda, namun nantinya Anda dapat dengan mudah menghapusnya jika Anda tidak puas dengan hasil foto tersebut. Mengapa Anda mengambil sebuah foto jika Anda bisa mengambil banyak foto? Tidak usah ragu, karena mungkin tempat di mana Anda mengambil foto tersebut tidak akan Anda kunjungi lagi. Foto sebebas-bebasnya, karena pemandangan/adegan sehari-hari yang membosankan dapat saja menjadi bersejarah beberapa tahun kemudian.
Percaya pada Mata Anda
Mempelajari aturan-aturan composition adalah hal yang baik, namun aturan-aturan tersebut kadang kala tidak berlaku dan ada kalanya Anda harus mempercayai mata Anda. Ketika kita akan memfoto sebuah objek, gerakkan atau pindahkan kamera dan jelajahi pemandangan sekitarnya. Ketika Anda menemukan sudut potret yang menurut Anda bagus, fotolah dengan segera.
Latih Mata Anda
Lihat dan perhatikan dengan seksama foto yang Anda ambil. Cobalah untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kritiklah hasil foto tersebut. Apakah foto tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan pada saat kita memfoto? Apakah Anda suka composition-nya? Aktivitas peninjauan kembali hasil foto oleh Anda sendiri sangat esensial dalam meningkatkan indra fotografi Anda.
Kenali Kamera Anda
tidak perlu menghafal setiap fitur pada kamera Anda sesegera mungkin. Akan lebih mudah mengingat fitur-fitur Anda dengan perlahan-lahan mencoba fitur-fitur kamera Anda satu-persatu melalui aktivitas fotografi sehari-hari. Analoginya seperti saat kita belajar mengganti persneling saat mengendarai sepeda motor atau mobil. Jadikan kemampuan mengutak-atik fitur kamera menjadi kebiasaan Anda. Dengan demikian Anda tahu dengan baik fitur-fitur apa yang mesti dipakai pada saat memfoto suatu objek atau pemandangan.
Alasan utama mengapa Anda melewatkan momen yang bagus untuk difoto adalah karena Anda tidak membawa kamera. Jadikanlah suatu kebiasaan untuk selalu membawa kamera kemanapun Anda bepergian karena Anda tidak tahu momen-momen atau pemandangan-pemandangan apa yang akan Anda temui nanti. Belilah tas atau tempat untuk kamera Anda karena hal tersebut dapat memudahkan Anda membawa kamera, selain itu juga dapat melindungi kamera Anda dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti goresan maupun benturan dengan benda lain. Tas atau tempat kamera yang memiliki busa dan memiliki lapisan luar yang cukup keras adalah pilihan yang cerdas untuk hal ini.
Foto Lebih Banyak Lagi
Jika Anda berfikir bahwa Anda telah cukup banyak mengambil foto, tidak demikian adanya, terutama jika Anda adalah pemilik kamera digital. Hasil foto kamera digital disimpan dalam format digital (berkas), jadi tidak ada kerugian bagi Anda untuk mengambil foto lebih banyak. Memang foto tersebut akan menghabiskan sejumlah space pada kartu memori Anda, namun nantinya Anda dapat dengan mudah menghapusnya jika Anda tidak puas dengan hasil foto tersebut. Mengapa Anda mengambil sebuah foto jika Anda bisa mengambil banyak foto? Tidak usah ragu, karena mungkin tempat di mana Anda mengambil foto tersebut tidak akan Anda kunjungi lagi. Foto sebebas-bebasnya, karena pemandangan/adegan sehari-hari yang membosankan dapat saja menjadi bersejarah beberapa tahun kemudian.
Percaya pada Mata Anda
Mempelajari aturan-aturan composition adalah hal yang baik, namun aturan-aturan tersebut kadang kala tidak berlaku dan ada kalanya Anda harus mempercayai mata Anda. Ketika kita akan memfoto sebuah objek, gerakkan atau pindahkan kamera dan jelajahi pemandangan sekitarnya. Ketika Anda menemukan sudut potret yang menurut Anda bagus, fotolah dengan segera.
Latih Mata Anda
Lihat dan perhatikan dengan seksama foto yang Anda ambil. Cobalah untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kritiklah hasil foto tersebut. Apakah foto tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan pada saat kita memfoto? Apakah Anda suka composition-nya? Aktivitas peninjauan kembali hasil foto oleh Anda sendiri sangat esensial dalam meningkatkan indra fotografi Anda.
Kenali Kamera Anda
tidak perlu menghafal setiap fitur pada kamera Anda sesegera mungkin. Akan lebih mudah mengingat fitur-fitur Anda dengan perlahan-lahan mencoba fitur-fitur kamera Anda satu-persatu melalui aktivitas fotografi sehari-hari. Analoginya seperti saat kita belajar mengganti persneling saat mengendarai sepeda motor atau mobil. Jadikan kemampuan mengutak-atik fitur kamera menjadi kebiasaan Anda. Dengan demikian Anda tahu dengan baik fitur-fitur apa yang mesti dipakai pada saat memfoto suatu objek atau pemandangan.
Langganan:
Postingan (Atom)